TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Cinta, katanya, bisa bikin orang bertindak nekat. Karena mengejar cintalah yang menyebabkan Jumeru (32) warga Perbaungan Serdang Bedagai, Sumatera Utara jauh-jauh terbang ke Bali untuk mengejar calon istri yang baru dikenalnya.
Jumeru terlihat kebingungan saat keluar dari IGD RSUP Sanglah, Denpasar, Bali dengan ditemani seorang penyanggra (petugas), Senin (17/10/2016).
Ia baru saja tiba di Bali, kemarin siang dan mengaku mencari calon isterinya, Eka Febriana (29), yang menurutnya sedang dirawat di Ruang ICU sejak dua minggu lalu.
Namun petugas RSUP Sanglah mengatakan tidak pernah menerima pasien atas nama yang dimaksud pria asal Perbaungan Serdang Bedagai, Sumut, itu.
Jumeru mengatakan, ia berangkat dari Bandara Kualanamu Medan dan tiba di di Bandara Ngurah Rai, pukul 12.30 Wita.
Ia pun bertemu dengan sopir taksi bernama Adhie dari perusahaan Bali Service Tour yang menawarinya tumpangan di bandara.
Jumeru pun minta diantarkan ke RSUP Sanglah untuk menemukan keberadaan calon istrinya tersebut.
Jumeru pun menceritakan mengenal Eka berawal dari telepon salah sambung.
Saat itu Eka menelepon nomornya dan keduanya pun menjadi dekat akibat insiden kecil itu.
Jumeru mengaku sudah berkomunikasi dengan Eka selama sebulan lamanya.
Jumeru mengatakan, Eka menjalankan usaha koperasi simpan pinjam dan sudah menetap di Bali selama dua tahun.
Pria yang bekerja sebagai kontraktor di Perbaungan itu mulai khawatir saat dua minggu lalu dikabari Eka yang sedang sakit.
Eka mengatakan, mengalami tekanan darah rendah dan diantar ke RSUP Sanglah oleh ibunya mengendarai mobil Xenia putih.
Jumeru mengetahui jenis mobil Eka karena sebelumnya Eka pernah mengirimkan foto selfie dengan mobilnya.
Jumeru juga sering berbicara dengan ibunda Eka di telepon dan menyebutkan orangtua Eka sudah mengenal dirinya.
Kekhawatiran Jumeru bertambah saat Eka mengatakan dirinya dirawat di ICU RSUP Sanglah.
Ia pun tak bisa berhubungan dengan Eka karena empat hari sebelumnya telepon seluler Jumeru hilang.
Ia beruntung menghapal nomor telepon kekasihnya sehingga bisa mengabari Eka dengan nomornya yang lain sembari menunggu nomornya diaktifkan kembali oleh provider.
Saat nomor Jumeru aktif kembali dan hendak menghubungi Eka, nomor itu mendadak tak bisa dihubungi dan tidak aktif.
Kekhawatiran dan kepanikan mendorongnya pergi ke Bali tanpa rencana matang untuk menemui Eka.
Ia hanya membawa satu ransel berisi beberapa pakaian saja dan membawa uang Rp 4 juta.
Di Bandara Ngurah Rai ia meminta Adhie mengantarnya ke RSUP Sanglah.
"Saya tidak tahu alamat pastinya, makanya saya ke RS karena pasti 'kan ada datanya," ujar Jumeru.
Sesampai di Sanglah, Jumeru pun menghampiri penyanggra dan petugas kesehatan di IGD.
"Saya tanya ICU dimana lalu dicarikan namanya, tapi katanya tidak ada pasien bernama Eka Febriana. Mereka juga bilang tidak mungkin dirawat di ICU selama dua hari saja," ujar Jumeru yang terlihat kebingungan.
Jumeru sempat meminta untuk dipastikan lagi, namun petugas tetap mengatakan tidak ada pasien atas nama itu.
Setelah berdiskusi hampir 30 menit, Jumeru pun melangkah keluar IGD dengan diantar seorang penyanggra.
Jumeru mengaku bingung harus ke mana lagi mencari Eka karena sebelumnya wanita itu hanya mengatakan berasal dari Pinang Slawu.
Jumeru sempat menanyakan lokasi itu pada Adhie dan disebutkan daerah itu berada di Jember Jawa Timur.
Jumeru mengatakan, tujuannya mencari Eka adalah karena mereka akan menikah awal bulan November nanti.
Semua sudah dipersiapkan, termasuk resepsi, meski Jumeru tidak mengatakan dengan jelas akan menikah di mana.
Jumeru yang sudah memiliki istri dan anak di Perbaungan menyebutkan, Eka ikhlas menjadi istri keduanya.
"Saya sempat menolak dan bilang 'gila kau ya? Aku sudah ada istri dan anak di sini', tapi dia tetap meminta dinikahi," ujar Jumeru yang mengatakan, dirinya bukan orang berada, namun Eka tetap menerima dan tidak usah mengkhawatirkan biaya karena akan ditanggung oleh Eka.
Jumeru pun akhirnya luluh dan mau menikah dengan Eka.
Kekhawatirannya juga didasari pesan terakhir almarhum ayahanda Eka.
Jumeru mendapatkan kabar dari Eka yang menangis dan mengatakan ayahnya sudah meninggal dunia.
Ayahnya sempat menitipkan surat pada Eka untuk diberikan pada Jumeru. "Saya diberitahu Eka kalau bapaknya meninggal seminggu lalu. Eka bilang ada surat titipan buat saya isinya tolong jaga baik-baik anak saya," kata Jumeru yang tidak tahu sampai kapan menetap di Bali.
Jumeru mengaku tidak berpikir telah dibohongi Eka dan percaya pada pujaan hatinya.
Ia juga tidak pernah dirugikan secara materiil ataupun imateriil.
"Dia tidak pernah minta apa-apa ke saya. Saya berusaha saja cari dia. Kalau tidak ketemu di Bali, saya akan ke Jember. Kalau tidak ketemu juga, ya sudah saya kembali ke Medan," ujar Jumeru yang ditelepon berkali-kali oleh Adhie yang menunggunya di parkiran RS untuk segera pergi.
Pria yang baru pertama kali ke Bali dan belum tahu akan tinggal di mana tersebut mengatakan akan pergi ke kantor provider untuk mengaktifkan nomor Eka yang tidak aktif meski ia sempat ragu apakah hal itu bisa dilakukan.
"Semoga saja bisa supaya saya bisa hubungi dia lagi," ujar Jumeru sembari berlalu dari RS untuk menemui Adhie. (Sarah Vanessa Bona)