Begitu sepeda motor berhenti, tukang parkir menanyai Surya. ”Mau ngurus apa? SIM ya?” tanya tukang parkir itu.
Begitu Surya menjawab iya, tukang parkir itu langsung mengarahkan ke seorang pria yang duduk di warung dekat lokasi parkir.
”Itu ke sana, sama bapak yang duduk pakai topi putih itu,” kata tukang parkir sambil menunjuk seorang pria yang duduk di warung.
Surya mendekati lelaki paruh baya itu. Ia langsung bertanya ke ingin mencari SIM A atau SIM C. Pria itu menawarkan dua pilihan paket pembuatan SIM A.
”Mau yang cepat apa yang biasa? Kalau yang cepat Rp 650.000, kalau biasa Rp 500.000,” kata pria itu.
Menurut pria itu, yang cepat tidak perlu ikut ujian. Sedangkan yang biasa harus tetap ikut ujian tulis maupun praktik. ”Tapi, semua dijamin lulus,” ujarnya.
Ada pula calo dengan modus berbeda. Begitu beranjak ke parkiran, calo itu datang menghampiri. Usai bertanya, mereka akan langsung mengajak untuk menjauh dari lokasi parkir.
"Nanti kalau ada razia propam, gawat. Mending main ke rumah saya. Rumah saya di sekitar sini," ujar lelaki ini, salah satu calo di lokasi tersebut.
Dia bisa meloloskan uji SIM tanpa harus melalui tes. Syaratnya dengan mengeluarkan ongkos yang lumayan mahal. "Untuk SIM C Rp 550 ribu dan SIM A Rp 650 ribu," jelasnya.
Dari uang yang disetor tersebut, ia mengaku akan membaginya dengan petugas yang menangani proses pengurusan SIM.
"Yang di dalam, urusan saya. Pelanggan tinggal foto saja," tuturnya menyakinkan. (Wartawan Surya Samsul Hadi/Bobby Constantine Kolloway/Benni Indo)