Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Eri Gunarta
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Hujan lebat yang mengguyur Desa Bitera, Gianyar, Bali, menyebabkan proyek pembuatan Jembatan Pacung-Padpadan hancur.
Penyebabnya, tumpukan sampah kiriman sepereti pohon yang dihanyutkan aliran sungai tersangkut merobohkan jembatan pada Jumat (4/11/2016) pukul 03.00 Wita.
Informasi yang dihimpun Tribun Bali di lapangan, sebelum jembatan roboh, hujan deras disertai angin kencang mengguyur Desa Bitra sejak Kamis malam hingga Jumat pagi.
Hujan menyebabkan air sungai di bawah jembatan mengalir deras, menghayutkan banyak batang kayu besar dan bambu.
Sampah-sampah alam tersebut tersangkut di stager atau perancah jembatan. Dampaknya, air sungai terbendung bawah jembatan.
Konstruksi jembatan tak dapat menahan dorongan air sungai, sehingga proyek yang sudah berjalan 65 persen itu pun roboh.
Saat Tribun Bali mendatangi lokasi proyek jembatan, para pekerja proyek sedang menyingkirkan sampah alam yang tersangkut di perancah jembatan.
Sebagian kayu dan bambu tersebut panjang dan besar. Karena itu, diperlukan alat berat untuk membersihkan sampah itu.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Gianyar, Nyoman Nuadi, mengatakan dari segi teknis, konstruksi jembatan sudah sesuai. Hanya saja, saat air sungai menjadi deras karena hujan, batang kayu besar tersangkut di stager jembatan.
Karena itu, sampah-sampah alam lainnya tidak bisa melewati lubang-lubang stager, dan pada akhirnya juga tersangkut di sana. “Ini murni karena alam. Secara teknis sudah benar,” ujar dia.
Meski demikian, lanjut Nuadi, pihaknya tidak memberikan konpensasi atas hal ini. Pihaknya tetap mendorong rekanan yang mengerjakan proyek dapat menyelesaikan proyek pada akhir November.
Bila hal tersebut tidak dapat terpenuhi, mau tidak mau rekanan harus siap kena penalti.
“Rencananya besok (hari ini) jembatan akan dicor. Akhir November sudah selesai, dan Desember ini serah terima. Dengan adanya kejadian seperti ini, tetap tidak ada kompensasi untuk rekanan,” tegas dia.
Data Dinas Pekerjaan Umum Gianyar, proyek Jembatan Pacung-Padpadan ini mendapatkan anggaran APBD Gianyar, senilai Rp 4 miliar lebih.
Dengan nilai proyek ini, bila proyek tak selesai tepat waktu, kontraktor harus membayar denda Rp 4 juta lebih per hari atau per seribu kali nilai kontrak.
Jembatan ini merupakan jalan satu-satunya akses yang menghubungkan belasan desa di kawasan Suwat untuk menuju pusat kota Gianyar.
Perbaikan jembatan ini dilakukan lantaran luas sebelumnya hanya empat meter. Karena itu tidak bisa dilalui kendaraan dari dua arah secara bersamaan.
Sementara, dalam ranjangan proyek ini, lebar jembatan diperluas menjadi tujur meter. Terdiri dari aspal seluas 5,5 meter, sisanya digunakan sebagai trotoar di sisi kanan-kiri jembatan.