TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Sebuah bom molotov yang dilemparkan ke depan Gereja Oikumene di Sengkotek, Loa Janan, Samarinda, Minggu (13/11/2016) pagi, meledak.
Pelempar bom, Johanda, ditangkap saat itu juga oleh warga yang memergoki aksinya.
Sebanyak empat anak yang sedang bermain di teras gereja menjadi korban. Mereka menderita luka bakar akibat tersambar api dari bom molotov.
Intan Olivia Banjarnahor, bocah berusia 2,5 tahun, termasuk satu dari empat bocah yang terkena sambaran api. Sekujur badannya melepuh, mengalami luka bakar cukup serius.
Seorang anak korban ledakan bom molotov di halaman Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan Timur, mendapat perawatan di RSUD Inche Abdoel Moeis, Samarinda, Minggu (13/11/2016).
Baca: Pelempar Bom ke Gereja Oikumene Sempat Melawan Samuel
Sejumlah ibu, jemaat Gereja Oikumene, tak kuat melihat Intan saat dipindahkan dari UGD Rumah Sakit Inche Abdoel Muis, Samarinda Sebrang, ke RSUD AW Syahranie, Samarinda.
"Ya Tuhan, tolong anak kami," ujar seorang ibu sambil meneteskan air mata.
Wajah polos bocah ini tertutupi perban dan goresan luka bakar dari kepala hingga kaki. Sejenak suasana berubah menjadi hening. Mereka berdoa bersama.
"Tuhan Yesus selamatkan anak kami," ujar seorang yang ikut melihat kondisi para korban.
Baca: Bocah-bocah itu Terkena Ledakan Bom di Muka Gereja
Sebanyak empat anak menjadi korban. Mereka adalah Intan Olivia Banjarnahor (2,5), Anita Kristobel Sihotang (2), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), dan Triniti Hutahaya (3).
Dokter Andri, dokter jaga Rumah Sakit Moei Samarinda Sebrang, mengatakan dua korban, Intan dan Triniti, mengalami luka bakar sangat serius.
Mereka harus dirujuk ke RS AWS Samarinda lantaran harus mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.
"Kondisi dua korban atas nama Anita dan Alvaro stabil dan bisa dirawat di sini, sementara dua lainnya Intan dan Triniti luka, terpaksa dirujuk ke RSUD AWS karena di sana lebih lengkap dokter dan alat-alatnya," kata Andri.
Disebutkan Andri, luka bakar Alvaro dan Anita sekitar 17 persen. Sementara Intan dan Triniti cukup serius 60 sampai 70 persen.
"Semua pasien terkena bagian wajahnya, dan paling parah adalah pasien bernama Intan," ia menambahkan. (TRIBUN KALTIM)