News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Belum Bisa Bayar Utang, Pedagang Keliling Tunanetra Ini Dianiaya Hingga Pingsan

Editor: Wahid Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi penganiayaan

TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Gara-gara belum sanggup melunasi utang sebesar Rp 4 juta, Yulius Ga (35), penyandang tunanetra, di Kelurahan Sikumana, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, dianiaya hingga pingsan, Rabu (16/11/2016) pagi.

Seusai menganiaya, pelaku yang berinisial RB (40) langsung melarikan diri meninggalkan Yulius yang tergeletak di halaman rumah.

Istri Yulius yang penyandang tunarungu, Adriana Nona (32), tidak mendengar jeritan suaminya.

Saat itu dia tengah memasak. Anak-anak mereka masih sekolah.

Adriana baru tahu suaminya dipukuli setelah Yulius siuman dan mendatangi dirinya.

Kepala Kepolisian Sektor Maulafa, Kota Kupang, Komisaris Sriyati di Kupang, Rabu (16/11/2016), mengatakan, RB mendatangi rumah Yulius di Kelurahan Sikumana sekitar pukul 09.30 Wita.

Ketika dipersilakan masuk oleh Yulius, RB menolak dengan alasan lebih baik berbicara di luar.

”Di halaman rumah itu, pelaku memukul korban dengan kepalan tangan di bagian perut, dada, wajah, dan pelipis. Korban pingsan dan tergeletak di tanah beberapa menit, sedangkan pelaku langsung melarikan diri. Korban sempat berteriak minta tolong, tetapi istri korban menderita gangguan pendengaran sehingga tak mendengar teriakan suaminya itu,” kata Sriyati.

Alasan RB memukul Yulius diduga karena Yulius meminjam uang RB sebesar Rp 4 juta untuk biaya berobat, makan, dan biaya sekolah anaknya yang bersekolah di sebuah SMA.

Yulius sehari-hari bekerja sebagai penjual kemoceng keliling.

Kemoceng tersebut dibuat Yulius dan istrinya dengan dibantu anak mereka.

Penghasilan Yulius dan istrinya dari hasil penjualan kemoceng itu rata-rata Rp 200.000 per bulan.

Untuk menambah penghasilan keluarga, istri Yulius menerima jasa mencuci pakaian tetangga sekitar.

Keluarga ini tidak mendapatkan beras untuk rakyat miskin sebanyak 15 kilogram per bulan.

Diperiksa

Yulius sudah divisum di Rumah Sakit Bhayangkara Kupang. Hasil visum memperlihatkan terjadi luka lebam dan memar di pelipis, dagu, dahi, pipi, dan dada Yulius.

Sriyati mengatakan, polisi sudah memeriksa dua saksi, yaitu tetangga Yulius yang menyaksikan pemukulan tersebut.

Saat itu, salah seorang saksi berupaya menghentikan penganiayaan terhadap Yulius, tetapi RB tak menghiraukannya.

RB saat ini masih dalam pengejaran.

Yulius ketika dihubungi tidak mau berbicara soal kejadian itu.

Ia hanya menangis dan tidak mau ditemui orang lain, kecuali polisi. Adriana pun demikian.

Dia hanya mau ditemui petugas dari dinas sosial dan polisi.

Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial NTT Willem Foni menyayangkan kejadian itu.

Dia mengatakan, Yulius tidak pernah menyampaikan kesulitan ekonomi rumah tangganya kepada dinas sosial.

Mestinya ketua RT setempat melaporkan kondisi fisik, dan kondisi keluarga yang dianggap tidak mampu secara ekonomi agar mendapatkan bantuan pemerintah. (Kompas)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini