TRIBUNNEWS.com/Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, BENGKULU - "Kuk..kuk..kuruyuk," begitulah bunyi khas ayam Burgo.
Bentuknya yang relatif kecil dan jenggernya yang lebar menjadi ciri khas dari ayam yang banyak hidup di provinsi Bengkulu.
Ayam hasil perkawinan antara ayam Hutan Merah dengan ayam kampung itu juga mempunyai ciri khas cuping putih di bawah jengger.
Bentuknya yang mini bukan berarti ayam tersebut tak produktif dalam menghasilkan telur.
Ayam tersebut justru terbilang produktif dalam bertelur.
Dalam sebulan, ayam tersebut bisa menghasilkan hingga 30 telur.
Berdasarkan keterangan Guru Besar Peternakan Universitas Bengkulu, Johan Setianto, ayam burgo telah banyak dipelihara warga Bengkulu.
Namun, hewan tersebut belum ditetapkan secara resmi sebagai simbol khas Bengkulu selain Bunga Rafflesia.
"Ayam Burgo itu merupakan keturunan dari hasil perkawinan Ayam Hutan Merah dengan Ayam Kampung. Nah Selama ini Ayam Burgo itu memang belum didomestikasi oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga swadaya," kata Johan Setianto.
"Tetapi masyarakat di Bengkulu memelihara itu, untuk di antaranya kepentingan hias," tambah johan Setianto.
Untuk makanan, berdasarkan keterangan Johan Setianto, ayam tersebut mengonsumsi jagung dan padi.
Rencanannya Pemerintah Provinsi Bengkulu akan menjadikan hewan tersebut ciri khas hewan Bengkulu.
Hal tersebut dinyatakan Gubernur Bengkulu, Ridwan Mukti dalam jumpa pers di Balai Raya, Kota Bengkulu, beberapa waktu lalu.
"Kami akan jadikan Ayam Burgo ini satu ciri khas Hewan Bengkulu. Jadi nanti bisa dijadikan oleh-oleh, atau cindera mata lainnya bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bengkulu," kata Ridwan Mukti.
Sebagaimana diketahui, dalam Bengkulu Expo 2016 yang berlangsung dari 17 hingga 21 November 2016 di Kota Bengkulu, Ayam Burgo juga ikut dipamerkan.
Dalam pameran tersebut, panitia penyelenggara memamerkan sekitar 50 Ayam Burgo.