Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda
TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Berawal dari keprihatinan, Stedi Yoga Santosa (36) menciptakan alat pengasapan ikan ramah lingkungan dan hemat biaya.
Pria asal Pekalongan ini menamakan alat pengasapan ikan dengan Gibara. Bentuknya kubus seperti lemari yang terbuat dari bahan stainless steel.
Alat ini terbagi menjadi dua. Bagian bawah berupa tungku dengan bahan bakar batok kelapa atau kayu. Sedangkan bagian atas berfungsi sebagai ruang pengasapan. Di sini terdapat rak dan gantungan yang berfungsi menaruh ikan.
Saat demo di kantor Balai Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah, Senin (21/11/2016), Stedi menjelaskan cara kerja alat yang ia ciptakan sejak 2014 silam.
Ia memulai membuat bara dari batok kelapa untuk kemudian disimpan di dalam tungku. Setelah itu pintu pengasapan ditutup agar asap yang keluar dari tungku diolah dengan sistem kondensasi atau pengembunan melalui pipa ke tabung.
Untuk mempercepat pengembunan, Stedi memasang pompa air kecil dan kipas kecil di dalam tabung. Selanjutnya dialirkan ke kondensor supaya asap menjadi cair lalu dialirkan dari pipa kondensasi ke pipa saluran minyak. Sementara sisa asap yang belum terkondensasi akan kembali ke ruang pengasapan.
“Selama prosesnya tidak ada asap yang keluar. Semuanya jadi cair berubah jadi minyak ikan,” kata lelaki yang pernah belajar di ATMI Solo dan Teknik Industri Universitas Mercu Buana Jakarta tersebut.
Cairan itu dapat dimanfaatkan untuk bahan pengawet makanan, pengawet kayu, bahan pengumpal karet, bahan pembasmi hama, dan lainnya.
Melalui alat ini, selain ramah lingkungan juga lebih efisien dibanding cara pengasapan atau pemanggangan tradisional.
Perbandingannya, jika pengasapan tradisional sejumlah 100 kilogram ikan butuh waktu sekira 4 jam dengan alat ini cukup 1,5 jam sampai 2 jam.
Untuk bahan baku batok kelapa, jika biasanya butuh sekira 20 sampai 30 kilogram maka dengan alat ini cukup 5 kilogram. Alat ini diyakini dapat mereduksi sampai 60 persen bahan baku dibandingkan cara tradisional.
“Ikan hasil pengasapan dengan Gibara juga lebih tahan lama, matangnya juga bisa merata. Karena panas di dalam ruang pengasapan bisa maksimal dan merata,” ujar Stedi.
Ia telah membuat Gibara dalam tiga ukuran dan kapasitas berbeda. Kapasitas ikan 25 kilogram ia hargai Rp 12 juta, kapasitas ikan 50 kilogram dihargai Rp 15 juta, sedangkan 100 kilogram dihargai Rp 25 juta.