Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, WONOSOBO - Asosiasi Petani Kentang Dieng semula akan menggelar unjukrasa atau demonstrasi hari Jumat 2 Desember 2016.
Namun karena suatu hal, maka demo akan ditunda 8 Desember dengan melibatkan sekitar 300 petani dari gabungan kelompok tani se-Wonosobo.
"Aksi ini sudah terencana lebih dari 3 bulan yang lalu. Rencananya akan dilaksanakan 2 Desember 2016. Tapi kaitannya dengan aksi Unjuk Rasa 212, kami memutuskan menunda karena kami tidak ingin dikira ditunggangi kepentingan lain," kata Sekretaris Gapoktan Al Faroq yang juga koordinator aksi, Mudhofi, Minggu (27/11).
Mudhofi mengatakan, aksi mereka ke Jakarta ini murni memperjuangkan nasib petani dengan menuntut pemerintah agar menghentikan impor kentang sayur.
"Tujuan kami adalah ke DPR-RI, Kementerian Perdagangan dan Kementrian Ketahanan Pangan. Ada sekitar 300 orang dari Dieng dan Batur. Angka ini mungkin akan bertambah lebih banyak," katanya.
Sementara Yahya, petani kentang asal Kejajar menilai, kebijakan impor pemerintah selama ini cenderung mengabaikan perlindungan terhadap petani dalam negeri.
Saat terjadi kelangkaan yang berimbas pada mahalnya harga sayuran, kata Yahya, pemerintah bereaksi cepat untuk menstabilkan harga dengan membuka keran impor lebar-lebar.
Namun, ironisnya, menurut Yahya, pada saat stok dalam negeri melimpah dan harga sayuran murah, pemerintah terkesan diam dan enggan berupaya menstabilkan harga.
"Kami melihat gak ada langkah-langkah konkret untuk menstabilkan harga saat harga di petani jatuh,"katanya
Yahya merasakan betul dampak kebijakan impor yang dinilainya tak berpihak kepada petani itu mulai tahun 2012.
Ia merasa kesulitan mendapatkan tengkulak yang mau membeli kentang petani dengan harga yang pantas.
Para tengkulak, kata Yahya, lebih memilih membeli kentang impor yang harganya lebih murah dari harga petani.
"Mulai impor masuk, tengkulak jarang mengambil ke petani. Impor ini kan soal kebijakan, pemerintah seharusnya bisa menutup impor kalau pasokan dalam negeri cukup, sehingga petani tak merugi,"katanya
Saat harga terendah, sekitar 4 ribu perkilogram, menurut Yahya, petani biasanya memilih menimbun kentang sampai harga berangsur normal.
Jika tidak demikian, sebagian petani ada yang memilih membiarkan kentang tidak dipanen sampai harga kentang stabil.
"Kami pernah menunda panen sampai 4 bulan untuk menunggu harga stabul. Kami rugi karena seharusnya lahan itu sudah bisa ditanami lagi,"katanya
Sementara itu, Kapolsek Kejajar AKP Sukirman yang juga hadir dalam Rapat Persiapan Unra (Sabtu, 26/11 malam) tersebut menyambut baik penundaan aksi para petani itu.
Menurut dia, keputusan mereka untuk tidak mau dimanfaatkan kepentingan lain merupakan bentuk kemajuan dan patut diacungi jempol.
"Semoga ini menjadi contoh bagi kelompok lain yang akan melaksanakan unjuk rasa di Jakarta. Jangan hanya ikut-ikutan. Pastikan tujuannya jelas dan jangan mau ditunggangi kepentingan lainnya," lanjut AKP Sukirman. (*)