TRIBUNNEWS.COM, MAGETAN -- Tangis keluarga pecah saat jasad Praka Suyanto tiba di kediaman orangtua, Dusun Dasem, Desa Sobontoro, Rt 11/05, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Selasa (29/11/2016).
Praka Suyanto yang merupakan anggota kesatuan Penerbad TNI Angkatan Darat, gugur dalam kecelakaan Helikopter Bell 412 di Desa Long Sulit, Kecamatan Mentarang Hulu, Kabupaten Malinauy, Kalimantan Utara (Kaltara).
Sukiran, ayah Praka Suyanto beberapa kali jatuh pingsan saat melihat jenazah sang anak memasuki rumah. Sementara sang ibu, Sunarsih terlihat tabah meski air mata terus mengalir di pipi. Kendati terlihat tabah, Sunarsih sesekali memukul-mukulkan kedua tangan ke lantai rumah.
Suasana semakin haru saat istri Praka Suyanto, Lina menangis dan berteriak memohon ampun lantaran tidak bisa memberi pertolongan kepada sang suami.
"Papa mohon ampun, Mama minta maaf tidak bisa memberikan pertolongan. Maafkan Mama ya Papa. Ampun Papa, maafkan Mama," kata Lina di depan peti jenazah Praka Suyanto.
Ia pun mengelus peti jenazah yang diselimuti bendera merah putih. Tanpa sungkan, Lina menciumi peti yang telah membungkus jasad sang suami.
Praka Suyanto gugur saat mengirim perbekalan untuk anggota TNI Angkatan Darat di perbatasan Indonesia - Malaysia dengan menggunakan Helikopter Bell 412. Helikopter Bell 412 jatuh di Desa Long Sulit, Kecamatan Mentarang Hulu, Kabupaten Malinauy, Kalimantan Utara (Kaltara).
Praka Suyanto pun meninggalkan istri, Lina yang juga merupakan pegawai negeri sipil (PNS) Penerbad TNI AD dan seorang anak laki-laki, Fabian Ahza Mahardika yang baru berusia dua tahun.
Praka Suyanto merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sukiran dan Sunarsih. Kakak Almarhum, Suji adalah anggota TNI AD di Markas Besar Angkatan Darat. Sedangkan sang adik, Waris juga merupakan anggota TNI AD.
Waris mengaku tidak memiliki firasat terkait kepergian sang kakak. Ia hanya menyebut, Praka Suyanto tidak pernah berkomunikasi dengan keluarga di kampung.
"Tidak ada firasat khusus, memang sejak beberapa waktu almarhum tidak pernah komunikasi dengan Bapak dan Ibu di kampung, karena almarhum tinggal di Jakarta. Kebetulan istrinya asli warga Jakarta," kata Waris singkat.
Danlanumad Ahmad Yani Puspenerbad Semarang, Kolonel Cpn Harryson Sitorus yang memimpin upacara militer pemakaman almarhum Praka Suyanto di TPU Desa Sobontoro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, mengatakan, almarhum memiliki hak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Namun, keluarga memilih pemakaman almarhum di TPU Desa Sobontoro, berdampingan dengan makam keluarga.
"Meski dimakamkan di TPU desa, almarhum tetap dilakukan dengan prosesi militer. Karena bagaimana pun almarhum gugur dalam tugas negara," kata Kolonel Cpn Harryson Sitorus seusai pemakaman.
Menurutnya, kepergian Praka Suyanto merupakan takdir ilahi. Sebab, helikopter jenis Bell dengan nomor penerbangan HA-5166 relatif masih baru.
"Pesawat Heli Bell HA 5166 itu pengadaannya masih relatif baru, dan dalam kondisi baik saat diterbangkan untuk tugas mengirim perbekalan di Tarakan, Kalimantan Utara. Takdir Tuhan saja," ucapnya.
Kecelakaan Helikopter Bell HA 5166 milik TNI AD itu menewaskan, empat orang penumpang anggota TNI AD, yakni Praka Suyanto, Lts Cpn Yohanes, Lts Cpn Ginas, dan Sertu Bayu. Sementara satu orang selamat, Lts Cpn Abdi.
Doa Bersama
Gedung bercat hijau setinggi enam lantai yang sudah berdiri selama dua tahun di bilangan Senen, Jakarta Pusat adalah tempat tinggal Prajurit Kepala Suyanto. Sejak helikopter Bell HA-5166 milik TNI yang jatuh di kawasan Desa Long Sulit, Malinau, Kalimantan Timur dikabarkan hilang kontak, penghuni rumah susun itu sudah melakukan doa bersama. Mereka berharap teman se-kesatuannya diberikan yang terbaik.
"Tadi juga baru saja selesai yasinan," kata seorang tetangga satu rusun, Suyanto.
Anggota TNI Angkatan Darat yang tidak menyebut namanya itu, mengenang Suyanto sebagai pribadi ramah. "Dia peduli sama tetangga, solid dengan teman-teman," sebutnya.
Di rumah susun khusus anggota Satuan Penerbang Angkatan Darat, Suyanto tinggal bersama istrinya, Lina, dan anak tunggalnya yang baru berusia tiga tahun.
Unit mereka berada di lantai paling atas, pojok kanan dari muka gedung. Keluarga kecil itu menghuni tempat tinggal dinas tersebut sejak selesai pembangunannya karena belum memiliki kediaman pribadi. (tribunnews/valdi arief/Surya)