Laporan Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - Didik Nini Thowok (62) luwes membawakan tari Lengger Banyumas Gending Sentot di Grand Ballroom Merapi Laras Asri Resort and Spa, Salatiga, Senin (6/21/2016).
Di situ, ia juga terlibat diskusi bertema "Perempuan dan Mimpi Sang Penari" bersama mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
Dalam diskusi itu, ia tidak menampik pandangan masyarakat terhadap seorang penari. Terlebih penari-penari Lengger, Tayub, atau Ronggeng, yang dianggap negatif.
Bahkan ada pula sebagian kecil di antara mereka yang berpendapat, tarian-tarian tersebut adalah bagian terselubung atau tidak jauh dari praktik prostitusi.
“Saya miris mendengar hal tersebut. Apalagi Ronggeng yang identik dengan prostitusi. Itu zaman dahulu, di zaman penjajahan Belanda," ucap Didik.
Di zaman itu, menurut dia, siapa yang berkuasa dan punya banyak uang bisa memaksa para penari melayani mereka.
"Tetapi kalau sekarang, ya sebenarnya kembali kepada tiap individu penari tersebut,” lanjutnya.
Karena itu, sebagai penari Didik ingin menghilangkan kesan atau citra negatif tersebut. Namun, diakuinya tidak mudah untuk mengubahnya.(*)