Sekitar pukul 08.40 Wita dilakukan peledakan kedua.
Setelah itu, barang bukti dibawa ke Polsek Ubud.
Setelah tas yang diduga berisi bom dinyatakan aman, pihak kepolisian langsung melakukan pemeriksaan dan mengeluarkan isi tas di Mapolsek Ubud.
Tas tersebut berisi 17 benda. Di antaranya, handphone dan charger dengan rangkaian kabel, power bank, simcard, kaleng minuman dibungkus lakban berisi tisu, kalkulator, tiga pulpen, tiga paku berukuran tiga milimeter (mm), dan mercon.
Selain itu, berisi tusuk gigi, obat luka, permen, nexcare, obat tidur, dompet, gunting kuku, dan pembersih telinga.
Ada juga paspor milik warga negara Belanda bernama Mark Aart dengan nomor BMFFCH637 berlaku sampai 14 April 2024.
Kehilangan Tas
Pihak kepolisian kemarin langsung memanggil Mark Aart yang tengah menginap di Ubud untuk diperiksa.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pelaku teror bom bukanlah Mark.
Warga Belanda tersebut justru ditetapkan sebagai korban dalam kasus ini.
Kapolsek Ubud, AKP I Nyoman Wirajaya, mengungkapkan Selasa sekitar pukul 08.00 Wita, Mark melapor ke Polsek Ubud atas kehilangan tas ransel.
Kehilangan tersebut terjadi saat Mark makan di sebuah tempat makan di Jalan Raya Monkey Forest, Desa Padang Tegal, Ubud, Senin (19/12/2016) pukul 22.00 Wita.
Kapolsek menduga, pelaku teror bom sengaja mencuri tas milik Mark untuk mengelabui petugas.
Hal tersebut sesuai dengan pengakuan Mark. Sejumlah isi tas tersebut memang miliknya.
Namun ada pula barang yang dinilai asing bagi Mark.
Seperti handphone dan charger dengan rangkaian kabel, kaleng bungkus lakban berisi tisu, mercon, dan tiga buah paku.
"Mark merupakan korban kehilangan dalam kasus ini. Dia bukan pelaku teror yang kita curigai. Senin malam tasnya dicuri saat sedang makan di Monkey Forest. Diduga pencurinya pelaku teror bom ini," ujar AKP Wirajaya.