TRIBUNNEWS.COM - Lima pos polisi yang selama ini aktif beroperasi di jalur barat Trans Sulawesi, tepatnya di wilayah Polres Polewali Mandar Sulawesi Barat sudah tiga bulan terakhir kosong melompong.
Pos polisi ini tampak terbengkalai sejak Kapolri Jendral Tito Karnavian memproklamirkan peperangan terhadap segala bentuk pungli yang dituding membebani dan meresahkan warga, terutama pengguna jalan.
Pos polisi di Rea, Kecamatan Bianung tepatnya di perbatasan Polewali Mandar dengan Pinrang ini sudah tiga bulan tampak kosong melompong dan tidak ada aktifitas apa pun.
Sejumlah perabotan seperti rak piring, ranjang kayu dan perabotan lainnya di pos polisi ini tampak acak-acakan.
Pos polisi yang biasanya diisi petugas kepolisian belakangan hanya jadi tempat mainan anak-anak atau kambing yang berkeliaran di sekitarnya.
Sejumlah sopir angkutan yang mengaku rutin menyetorkan dana ke sejumlah pos polisi yang dilaluinya di sepanjang jalur ini kini bisa lebih irit minimal biaya perjalanannya bisa lebih kecil atau lebih ringan.
SR, sopir asal Makassar tujuan Palu, Sulawesi Tengah yang menolak identitasnya disebutkan, mengaku jika selama ini rutin menyetorkan sejumlah dana di setiap pos polisi yang dilaluinya, kini bisa lebih efisien karena puluhan pos polisi sepanjang jalan hingga Palu tak ada lagi setoran.
"Dulu hampir tiap pos yang dilalui harus menyetor, sekarang tidak singgah lagi. Biaya perjalanan bisa lebih murah," ujar SR.
Tak hanya biaya perjalanan yang lebih murah, waktu perjalanan pun dinilai para sopir angkutan lintas propinsi lebih cepat.
Jika tiap pos polisi yang disinggahi butuh waktu lima menit dikali 10 pos polisi itu artinya sopir bisa mengirit waktu perjalan hingga 25 menit setiap harinya.
"Waktu tempuh bisa lebih cepat karena sopir tidak lagi banyak singgah di setiap pospol, kecuali saat istirahat makan di perjalanan," ujar TH, sopir angkutan jurusan Makassar-Palu lainnya.
Hanya sekitar dua kilometer dari pos pol pertama di perbatasan Polewali dan Pinrang, juga ditemukan kondisinya serupa.
Pos polisi yang sebelumnya aktif menghadang pengendara terutama lintas propinsi di jalur ini juga tampak tidak beroperasi lagi.
Di malam hari tak ada lampu-lampu penerangan yang menyala. Ruang-ruang di pos polisi ini dibiarkan terbengkalai.
Sejumlah perabotan tampak acak-acakan dan tidak terawat. Kamar WC yang biasanya hanya digunakan polisi lalu-lintas kini pintu-pintunya tampak rusak dan jadi WC umum.
Warga dan pengendara kerap menjadikannya sebagai WC umum.
Di halaman depan pos polisi yang kosong ini kerap dijadikan arena bermain anak-anak di sekitar lokasi atau tempat kawanan ternak seperti kambing beristirahat.
Di sepanjang perbatasan kabupaten Polewali Mandar-Pinrang dan Polewali-Majene sedikitnya terdapat lima pos polisi yang dulu pernah aktif beroperasi.
Tiga pos polisi lainnya seperti di Kecamatan Wonomulyo, Campalagian, dan Pambusuang juga kondisinya serupa. Pos polisi terbengkalai dan tak ada aktifitas apa pun di dalamnya.
Di sepanjang jalur Trans Sulawesi sendiri ada puluhan pos polisi yang aktif beroperasi menghadang para pengendara mulai dari Kabupaten Polewali Mandar, Majene, Mamuju, Mamuju Tengah, dan Mamuju Utara, Sulawesi Barat.
Sebelumnya Kapolda Sulbar Irjen Lukman Wahyu Haryanto menyebutkan penghentian aktivitas pos polisi di sepanjang jalur Trans Sulawesi mulai dari perbatasan Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat hingga Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat dengan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah adalah perintah Kapolri. (*)