Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ada tren peningkatan bencana alam yang melanda Jawa Tengah pada 2016 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada 2016 terjadi 2.112 kejadian, naik 34,26 persen dibanding 2015 sebanyak 1.573 kejadian. Bencana alam tersebut meliputi banjir, tanah longsor, kebakaran, dan angin topan, dengan jumlah kerugian materil mencapai Rp 3,23 triliun.
Selama Jateng ditetapkan status siaga darurat bencana mulai 1 Oktober 2016 hingga 16 Januari 2017, terjadi 803 kejadian dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp 150 miliar.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penananggulangan Bencana Daerah Jateng, Sarwa Pramana, mengatakan prediksi puncak musim hujan menurut BMKG pada Januari sehingga perlu diantisipasi.
"Perkiraan kami puncak musim hujan ada di Januari sampai Februari 2017, maka kami telah menyiagakan seluruh BPBD kabupaten atau kota. Termasuk ketersediaan logistiknya," kata Sarwa, Jumat (20/1/2017).
Pada 2017 Pemprov Jateng mengalokasikan anggaran kebencanaan sebesar Rp 4,2 miliar. Selain itu Jateng juga memperoleh alokasi bantuan BNPB Rp 8,7 miliar, sekitar Rp 5 miliar di antaranya telah didistribusikan ke kabupaten atau kota.
"Dana itu untuk pendirian posko, logistik, pembelian alat, dan sebagainya. Ada juga dana taktis dari Pak Gubernur yang bisa digunakan setiap saat," jelas dia.
Dengan tingginya kejadian bencana ini Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta semua pemangku kepentingan serius melakukan penanggulangan.
Ia menilai peningkatan jumlah bencana lebih banyak disebabkan faktor cuaca buruk. "Maka harus siap, personel BPBD harus siaga setiap saat,” terang Ganjar.
Setidaknya tercatat 1.674 desa atau kelurahan di Jateng sebagai daerah rawan banjir, dan 2.136 desa rawan tanah longsor.
“Ini belum daerah rawan kebakaran lahan, hutan, dan perumahan. Oleh karena itu penggunaan alat (penanggulangan bencana) itu sangat penting,” imbuh dia.
Ganjar menilai penyebab tingginya angka bencana selain cuaca juga masih bermacam-macam. Namun, ketika terjadi anomali bencana berdampak pada tingginya bencana.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng, Agus Sudaryanto, mengatakan perkiraan puncak musim pada pertengahan Januari sampai awal Februari 2017.
BMKG Jateng mengingatkan masyarakat untuk terus waspada. Intensitas hujan mulai turun setelah Februari.