Ditemui di rumah duka, di Jalan Magelang, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (24/1/2017), wanita bernama lengkap Sri Handayani ini menahan tangis menceritakan penderitaan yang dialami anaknya saat mengikuti pendidikan dasar Mapala UII di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Menurut Sri Handayani, saat bertemu anaknya di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, Syaits Asyam mengaku mendapat pembinaan tak wajar dari seniornya.
Selain diberikan hukuman fisik, para junior juga dipukuli dengan rotan termasuk Syaits Asyam dan salah seorang korban tewas lainnya Muhammad Fadhli.
Muhammad Fadhli bahkan langsung meninggal dunia saat hendak dilarikan ke RSUD Karanganyar.
Sementara Syaits Asyam masih bisa bertahan hingga tiba di Yogyakarta dan bertemu dengan ibunya.
Kepada Sri Handayani, Syaits Asyam bahkan menyebut satu nama senior yang dianggap melakukan penganiayaan paling brutal.
Selain dua korban tewas, sejumlah mahasiswa UII juga dilaporkan terluka pascamengikuti pendidikan dasar Mapala UII Yogyakarta.
Mahasiswa yang terluka ini sempat menjalani rawat jalan di sejumlah rumah sakit di Yogyakarta.
Menanggapi dugaan kekerasan oleh Mapala, Rektorat UII"width="700"height="393"layout="responsive"alt="BUNNEWS.COM, SLEMAN - Walau telah mengikhlaskan kematian anaknya pascamengikuti pendidikan dasar Mapala di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, namun ibu almarhum Syaits Asyam meminta proses hukum tetap dilakukan oleh aparat polisi.
Pasalnya, sebelum meninggal anaknya sempat menceritakan penganiayaan seniornya di Mapala yang tega memukuli dengan rotan.
Ditemui di rumah duka, di Jalan Magelang, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (24/1/2017), wanita bernama lengkap Sri Handayani ini menahan tangis menceritakan penderitaan yang dialami anaknya saat mengikuti pendidikan dasar Mapala UII di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Menurut Sri Handayani, saat bertemu anaknya di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, Syaits Asyam mengaku mendapat pembinaan tak wajar dari seniornya.
Selain diberikan hukuman fisik, para junior juga dipukuli dengan rotan termasuk Syaits Asyam dan salah seorang korban tewas lainnya Muhammad Fadhli.
Muhammad Fadhli bahkan langsung meninggal dunia saat hendak dilarikan ke RSUD Karanganyar.
Sementara Syaits Asyam masih bisa bertahan hingga tiba di Yogyakarta dan bertemu dengan ibunya.
Kepada Sri Handayani, Syaits Asyam bahkan menyebut satu nama senior yang dianggap melakukan penganiayaan paling brutal.
Selain dua korban tewas, sejumlah mahasiswa UII juga dilaporkan terluka pascamengikuti pendidikan dasar Mapala UII Yogyakarta.
Mahasiswa yang terluka ini sempat menjalani rawat jalan di sejumlah rumah sakit di Yogyakarta.
Menanggapi dugaan kekerasan oleh Mapala, Rektorat UII Yogyakarta langsung membentuk tim investigasi.
Pihak rektorat juga menyerahkan kasus ini kepada Polres Karanganyar, Jawa Tengah untuk diselidiki.
Sementara, Ketua Tim Investigasi UII, Abdul Jamil menyatakan, akan memberikan sanksi berat kepada para senior yang terbukti melakukan penganiayaan, termasuk melakukan pemecatan dengan tidak hormat.
Simak laporan lengkapnya dalam tayangan video di atas. BUNNEWS.COM, SLEMAN - Walau telah mengikhlaskan kematian anaknya pascamengikuti pendidikan dasar Mapala di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, namun ibu almarhum Syaits Asyam meminta proses hukum tetap dilakukan oleh aparat polisi.
Pasalnya, sebelum meninggal anaknya sempat menceritakan penganiayaan seniornya di Mapala yang tega memukuli dengan rotan.
Ditemui di rumah duka, di Jalan Magelang, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (24/1/2017), wanita bernama lengkap Sri Handayani ini menahan tangis menceritakan penderitaan yang dialami anaknya saat mengikuti pendidikan dasar Mapala UII di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Menurut Sri Handayani, saat bertemu anaknya di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, Syaits Asyam mengaku mendapat pembinaan tak wajar dari seniornya.
Selain diberikan hukuman fisik, para junior juga dipukuli dengan rotan termasuk Syaits Asyam dan salah seorang korban tewas lainnya Muhammad Fadhli.
Muhammad Fadhli bahkan langsung meninggal dunia saat hendak dilarikan ke RSUD Karanganyar.
Sementara Syaits Asyam masih bisa bertahan hingga tiba di Yogyakarta dan bertemu dengan ibunya.
Kepada Sri Handayani, Syaits Asyam bahkan menyebut satu nama senior yang dianggap melakukan penganiayaan paling brutal.
Selain dua korban tewas, sejumlah mahasiswa UII juga dilaporkan terluka pascamengikuti pendidikan dasar Mapala UII Yogyakarta.
Mahasiswa yang terluka ini sempat menjalani rawat jalan di sejumlah rumah sakit di Yogyakarta.
Menanggapi dugaan kekerasan oleh Mapala, Rektorat UII Yogyakarta langsung membentuk tim investigasi.
Pihak rektorat juga menyerahkan kasus ini kepada Polres Karanganyar, Jawa Tengah untuk diselidiki.
Sementara, Ketua Tim Investigasi UII, Abdul Jamil menyatakan, akan memberikan sanksi berat kepada para senior yang terbukti melakukan penganiayaan, termasuk melakukan pemecatan dengan tidak hormat.
Simak laporan lengkapnya dalam tayangan video di atas.
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Walau telah mengikhlaskan kematian anaknya pascamengikuti pendidikan dasar Mapala di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, namun ibu almarhum Syaits Asyam meminta proses hukum tetap dilakukan oleh aparat polisi.
Pasalnya, sebelum meninggal anaknya sempat menceritakan penganiayaan seniornya di Mapala yang tega memukuli dengan rotan.
Ditemui di rumah duka, di Jalan Magelang, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (24/1/2017), wanita bernama lengkap Sri Handayani ini menahan tangis menceritakan penderitaan yang dialami anaknya saat mengikuti pendidikan dasar Mapala UII di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Menurut Sri Handayani, saat bertemu anaknya di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, Syaits Asyam mengaku mendapat pembinaan tak wajar dari seniornya.
Selain diberikan hukuman fisik, para junior juga dipukuli dengan rotan termasuk Syaits Asyam dan salah seorang korban tewas lainnya Muhammad Fadhli.
Muhammad Fadhli bahkan langsung meninggal dunia saat hendak dilarikan ke RSUD Karanganyar.
Sementara Syaits Asyam masih bisa bertahan hingga tiba di Yogyakarta dan bertemu dengan ibunya.
Kepada Sri Handayani, Syaits Asyam bahkan menyebut satu nama senior yang dianggap melakukan penganiayaan paling brutal.
Selain dua korban tewas, sejumlah mahasiswa UII juga dilaporkan terluka pascamengikuti pendidikan dasar Mapala UII Yogyakarta.
Mahasiswa yang terluka ini sempat menjalani rawat jalan di sejumlah rumah sakit di Yogyakarta.
Menanggapi dugaan kekerasan oleh Mapala, Rektorat UII Yogyakarta langsung membentuk tim investigasi.
Pihak rektorat juga menyerahkan kasus ini kepada Polres Karanganyar, Jawa Tengah untuk diselidiki.
Sementara, Ketua Tim Investigasi UII, Abdul Jamil menyatakan, akan memberikan sanksi berat kepada para senior yang terbukti melakukan penganiayaan, termasuk melakukan pemecatan dengan tidak hormat.
Simak laporan lengkapnya dalam tayangan video di atas. (*)