News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Pria Tua Evakuasi '1001' Mayat Mengambang di Sungai Brantas

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kamari, relawan pengevakuasi mayat di Bendungan Sengguruh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bersama istrinya, Sutik dan cucunya saat ditemui wartawan Surya, David Yohanes. SURYA/DAVID YOHANES

Laporan Wartawan Surya, David Yohanes

SURYAMALANG.COM, KEPANJEN - Bendungan Sengguruh di Desa Sengguruh, Kepanjen, Kabupaten Malang, harapan terakhir untuk menemukan mayat terbawa arus Sungai Brantas.

Di bendungan ini pula Kamari (63) sebagai sosok yang mengevakuasi setiap mayat yang hanyut. Tidak tanggung-tanggung, ratusan mayat sudah Kamari evakuasi.

Warga Jalan Kramat, Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, ini berkisah sejak kecil sudah biasa bermain di Sungai Brantas hingga kemudian dibangun bendungan.

Sehari-hari Kamari mencari nafkah di Bendungan Sengguruh dengan mengumpulkan sampah plastik untuk dijual kembali ke pengepul barang rongsokan.

“Kalau yang lain di Sengguruh mencari ikan, saya mencari rongsokan. Karena saya tidak bakat kalau disuruh mencari ikan,” cerita Kamari kepada Surya, Minggu (5/2/2017).

Suami Sutik (50) ini setiap hari berjibaku dengan sampah di Bendungan Sengguruh. Sehari penghasilannya Rp 30 ribu. Di tengah mencari sampah, Kamari lebih sering menemukan mayat.

Mayat yang ia evakuasi ke pinggir bendungan sudah membusuk. Kamari juga sering dipanggil jika ada penemuan mayat di Bendungan Sengguruh.

Lelaki mungil yang ramah ini juga diminta membawa mayat ke pinggir sebelum dievakuasi tim SAR ke kamar mayat rumah sakit sebelum diserahkan ke ahli waris.

Jika ditanya berapa mayat yang sudah dievakuasi Kamari menjawab sudah 1001 mayat. Artinya Kamari sudah begitu banyak mengevakuasi mayat sampai tak lupa menghitungnya.

Jumlah pastinya, sekitar 250 hingga 300 mayat yang Kamari sudah evakuasi dari Bendungan Sengguruh. Kamari mengaku kasihan melihat dan membiarkan mayat mengambang di bendungan.

“Kasihan, kok terapung-apung seperti sampah. Makanya saya berusaha untuk membawahnya ke pinggir,” ucap Kamari.

Ayah dua anak ini sudah kebal bau mayat busuk. Kamari mengaku tidak pernah mencium bau busuk mayat. Karena setiap ada mayat yang dipikirkannya adalah lekas membawa ke daratan.

Ia pernah mengangkat mayat yang kondisinya sangat buruk. Saat diangkat, tangan mayat tersebut terlepas dari tubuhnya. Kamari tidak jijik dan kembali mengambil potongan tubuh yang lepas.

“Mungkin karena sudah terlalu lama di air, makanya protol. Sudah biasa, saya tidak risi sama sekali. Saya angkat dengan tangan saya,” tutur Kamari.

Semua orang mengaku jasa kakek tiga cucu ini. Kamari tak pernah mengharap pemberian karena mengevakuasi mayat ia lakukan secara ikhlas. Tim SAR dan PMI atau kepolisian kerap memberinya uang.

“Kalau diberi ya saya terima, tapi kalau tidak diberi juga tidak apa-apa. Tujuan saya memang menolong, bukan mencari upah,” tambah dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini