TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Bendungan Sengguruh adalah harapan terakhir untuk menemukan mayat yang terbawa arus Sungai Brantas.
Di bendungan ini, Kamari (63) adalah sosok yang mengevakuasi setiap mayat yang hanyut.
Tidak tanggung-tanggung, ratusan mayat sudah dievakuasi Kamari.
Warga Jalan Kramat, Desa Gampingan, Kecamatan Pagak ini berkisah, sejak kecil dirinya memang sudah biasa bermain di Sungai Brantas hingga dibangun bendungan.
Di Bendungan Sengguruh inilah, Kamari kesehariannya mencari nafkah dengan mengumpulkan sampah plastik untuk dijual kembali.
"Kalau yang lain di Sengguruh mencari ikan, saya mencari rongsokan. Karena saya tidak bakat kalau disuruh cari ikan," cerita Kamari.
Suami dari Sutik (50) ini setiap hari berjibaku dengan sampah di Sengguruh. Dalam satu hari penghasilannya sekitar Rp 30.000.
Namun di tengah kesibukannya mencari sampah, Kamari sering menemukan mayat.
Mayat yang selalu dalam keadaan membusuk itu kemudian dibawa ke pinggir oleh Kamari.
Bahkan Kamari juga sering dipanggil jika ada penemuan mayat di Bendungan Sengguruh.
Lelaki mungil yang ramah ini juga diminta membawa mayat ke pinggir, sebelum dievakuasi tim SAR ke kamar mayat.
Jika ditanya berapa mayat yang sudah dievakuasi, jawabannya 1001 mayat.
Angka tersebut melambangkan begitu banyaknya mayat yang sudah dievakuasi Kamari.
Jumlah pastinya, sekitar 250 hingga 300 mayat. Kamari mengaku kasihan jika ada mayat yang mengambang di Bendungan Sengguruh.
"Kasihan, kok terapung-apung seperti sampah. Makanya saya berusaha untuk membawanya ke pinggir," ucap Kamari.