Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Faturahman
TRIBUNNEWS.COM, PALANGKARAYA - Provinsi Kalimantan Tengah memiliki kain khas yang dikenal dengan sebutan kain benang buntik.
Berbeda dengan kain Sasirngan yang merupakan kain khas Kalimantan Selatan, benang bintik coraknya beragam. Ada falsafah di kain tersebut yang selama ini menjadi pedoman bagi orang Dayak Kalimantan Tengah.
Nilai Falsafah tersebut sangat kental bagi warga asli Dayak Kalimantan Tengah. Kain itu menggambarkan suasana kebersamaan yang disimbolkan dalam bentuk rumah panjang.
Di dalamnya dihuni banyak keluarga yang berbeda suku agama dan keyakinan tetapi bisa hidup rukun dan damai. Itulah yang jadi pegangan hidup orang Dayak hingga saat ini.
Falsafah itu juga dijadikan perekat antar sesama suku, agama, dan ras yang ada di Bumi Tambun Bungai tersebut.
Motif lainnya yang ada pada kain benang bintik yakni pohon batang garing. Motif itu merupakan gambar pohon dengan ranting yang makin ke atas makin mengecil dan kebawah makin melebar. Mirip seperti tombak pada bagian ujungnya.
Itu, juga mempunyai makna tersendiri bagi orang dayak Kalimantan Tengah. Pohon Batang Garing berbentuk tombak dan menunjuk ke atas melambangkan Ranying Mahatala Langit.
Bagian bawah pohon terdapat guci berisi air suci dan dahan berlekuk, yang melambangkan Jata atau dunia bawah.
Sedangkan, daun-daunnya melambangkan ekor Burung Enggang. Masing-masing dahan memiliki tiga buah yang menghadap ke atas dan ke bawah, melambangkan tiga kelompok besar manusia sebagai keturunan Maharaja Sangiang, Maharaja Sangen, dan Maharaja Bunu atau Buno.
Secara umum orang Dayak Ngaju memahami Batang Garing sebagai simbol tingkatan alam, yang terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu alam atas, pantai danum kalunen (bumi), dan alam bawah (air).
Simbol lain juga ada pada kain benang bintik seperti adanya senjata mandau dan telawang yamg merupaman tameng hingga juga ada motif guci dan tombak yang digunakan untuk berperang.
Pemilik usaha yang menjual kain benang bintik di Jalan Batam Pasar Besar, Palangkaraya, A Fauzan S mengakui, setiap orang yang datang membeli baju atau kain benang bintik tersebut mengagumi corak dan gambar yang ada di dalam kain tersebut.
Maknanya, kata dia, dianggap sangat dalam dan jadi Filsafat warga setempat yang tidak dimiliki oleh kain khas daerah lain.
"Rata-rata konsumen yang datang senang dengan corak dan gambar tersebut," ujar penjual kain benang bintik terlengkap di Pasar besar Palangkaraya ini, Jumat (10/2/2017).
Saat ini pembatik yang masih eksis menekuni dan mengembangkannya benang bintik khas Kalimantan Tengah di Palangkaraya hanya ada satu, yakni di jalan Badak Lurus, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekangraya, Palangkaraya.
Uniknya pengrajin benang bintik yang ada nyaris tidak ada yang merupakan warga dayak atau warga lokal, kebanyakan adalah orang pendatang dari Pulau Jawa seperti yang ditekuni pemilik usaha home industri Benang Bintik Paramitha.
Industri rumahan itu dikelola pasangan suami istri Anang asal Pekalingan dan Paramitha dari Pulangpisau. Mereka dulunya hanya sebagai pegawai usaha batik khas Kalimantan Tengah. Sekarang mereka sudah membuka usaha sendiri.(*)