"Kalau mau tahu ya sumber peredaran narkoba, ya, di sini. Godaan di sini malah tambah mengerikan kalau ndak bisa jaga diri. Banyak bandar di sini, ya mereka itu yang gerakan kurir-kurir di luar. Malahan orang yang main di luar terus masuk sini bisa tambah kaya," ujar tahanan yang divonis 48 bulan kurungan penjara tersebut.
"Benda itu kecil (sabu), mudah masuk ke sini (Lapas). Pegawai itu manusia juga, mau uang juga. Rata-rata semualah itu terlibat. Kalau masalah nyabu, asal jangan ketangkapan di depan mata, gak jadi masalah. Mereka tahu sabu itu ada di sini," sambungnya.
Narapidana yang dibekuk petugas BNN Februari 2015 silam mengaku menyesali seluruh perbuatannya.
Ditangkap dengan barang bukti tak seberapa, lalu dihukum bertahun-tahun membuatnya kehilangan segalanya. Mulai dari aset, istri, rekan dan sahabat. "Semuanya hilang gara-gara narkoba," tuturnya.
Susah Dikendalikan
Sebelumnya, Kepala Divisi Pemasyarakatan, Kanwil Hukum dan HAM Kaltim, Agus Toyib kepada Tribun mengatakan, banyak potensi yang dapat menyebabkan ponsel maupun barang lainnya masuk ke dalam tahanan.
Mulai pengunjung yang datang menjenguk, keluarga maupun teman warga binaan dapat saja menjadi salah satu penyebab masuknya barang terlarang ke tahanan.
Penyelundupan barang-barang terlarang ke tahanan, terlebih ponsel yang kerap digunakan oleh penghuni rutan maupun lapas, untuk tetap dapat mengendalikan narkoba dari tahanan.
"Potensi yang dapat mengakibatkan masuknya ponsel, narkoba, maupun barang terlarang lainnya sangat banyak. Dalam pertemuan tertentu, seperti kunjungan sosial, bisanya warga binaan minta langsung kepada salah satu penyelenggara untuk membawa barang yang diminta," tutur Agus Toyib.
Tak hanya itu. Potensi lainnya, yakni lemparan dari luar, tak jarang teman maupun keluarga warga binaan menyelundupkan barang tertentu dengan melempar barang tersebut ke area yang dianggap aman.
Kepala Rutan Klas II A Sempaja Kristyo Nugroho menambahkan, tak dapat dipungkuri terdapat oknum petugas yang turut dalam penyeludupan barang terlarang masuk.
Hal inilah yang paling diantisipasi pihaknya, tentang keterlibatan petugas. Selain lemparan dari luar ke dalam, potensi lainnya yakni melalui hewan, barang koperasi, drone, dan bermuara dari pintu masuk utama, tempat orang keluar masuk.
"Selama ini memang petugas kami tidak dapat melakukan pemeriksaan secara detail, karena hanya terdapat dua petugas di pintu utama yang melakukan pemeriksaan, belum selesai periksa barang bawaan dan badan pengunjung, sudah ada yang ngetok lagi pintu utama, ini memakan waktu cukup lama, pengunjung bisa komplain," urainya.
Kepala Rutan Klas II B Balikpapan Ismail pun membenarkan penggunaan alat komunikasi di dalam Lapas kerap terjadi. Bahkan belakangan ini saat ia melakukan inspeksi mendadak beberapa narapidana terlihat menggunakan ponsel.