News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kreativitas Dayak Meratus

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Hanani

TRIBUNNEWS.COM, BARABAI - Warga Dayak Meratus dikenal kreatif mengolah hasil alam menjadi aneka produk kerajinan etnik tradisional.

Produk yang dihasilkan antara lain gelang simpai, anyaman bakul, lanjung dan butah (tas punggung dari anyaman rotan), mandau, kumpang (sarung mandau atau parang), serta pakaian dan topi berbahan kulit kayu.

Suhaidi (25), merupakan satu di antara beberapa perajin yang ada. Sudah lima tahun, pria yang tinggal di lereng Meratus, Desa Patikalain, Hantakan, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan ini, menjadi perajin mandau serta produk berbahan kulit kayu.

Ditemui BPost di pondoknya, Selasa (14/2/2017), Suhaidi sedang menganyam tali dari kulit kayu untuk dibuat sarung mandau.

“Ini pesanan orang. Biasanya tiga hari selesai. Tapi kalau membuat mandaunya, sampai dua minggu,”tutur Suhaidi.

Tak hanya menerima pesanan sarungnya mandau, Suhaidi juga menerima pesanan membuat tas dari anyaman rotan dan bambu, serta kulit kayu.

Kulit kayu yang digunakan adalah dari pohon upas, sehingga disebut kayu upas. Jenis kayu gunung yang serat kulitnya tak mudah robek.

Serat kayu itu oleh Suhaidi dibuat topi dan baju rompi, yang di kalangan warga Dayak Meratus dipakai untuk berburu binatang. Fungsinya sebagai pelindung tubuh dari masuk angin.

Untuk mendapatkan bahan-bahan kulit kayu, rotan, dan bambu, Suhaidi mencari sendiri ke dalam hutan Meratus.

Sementara aneka produk olahan tangannya disimpan dalam karung khusus. Namun, dia bersedia memperlihatkan, jika ada tamu yang ingin melihat hasil karyanya.

“Dipesan atau tidak, dibeli orang atau tidak, saya tetap membuat kerajinan etnik leluhur kami ini,” kata Suhaidi.

Dia punya bakat otodidak menciptakan karya seni tersebut. Di kalangan warga Dayak Meratus di Hantakan, Suhaidi memang dikenal serba bisa, atau punya kreativitas tinggi. Contoh, mesin peraut rotan dan kayu upas, dia bikin sendiri dengan teknologi sederhana.

Untuk kulit kayu yang lebar, dihaluskan secara manual menggunakan palu, lalu dikeringkan. Selanjutnya, dijahit sendiri secara manual, menggunakan benang hingga menjadi baju rompi yang unik.

“Sebenarnya saya juga bisa mengaplikasikan motif khas Dayak ke kain seperti halnya batik atau sasirangan. Sayang saya tak punya modal buat membeli kain dah bahan pewarnannya,” tutur Suhaidi.

Suhaidi menyatakan, karya-karyanya, baik berupa kumpang mandau bermotif, topi dan rompi kulit kayu, anyaman tas rotan dan bambu, hingga tas kulit kayu yang dia buat itu pernah dipamerkan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.

Pada Desember 2016, warga Meratus pertama kalinya diberikan fasilitas stan pameran oleh pemerintah daerah di Barabai Expo 2016.

Suhaidi berharap, karya-karyanya itu dikenal masyarakat luas, paling tidak di Kalimantan Selatan.(*) 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini