Laporan Wartawan Tribun Medan/ Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN -Sehari pascademonstrasi ribuan penarik becak motor di kantor Walikota Medan meminta angkutan berbasis online ditutup, bentrokan pun pecah antara Go-Jek dan para penarik betor.
Kedua pihak sama-sama merasa benar, dan sama-sama mengklaim ingin menghidupi keluarga dengan pekerjaannya sekarang.
"Kalau penarik becak itu bilang kami merugikan mereka, darimana alasannya. Kami sistem online dan tidak pernah merebut lapak mangkal mereka. Apa ruginya," ungkap Firza, pengemudi Go-Jek di Jl Stasiun, Rabu (22/2/2017).
Firza mengatakan, jika penarik becak merasa keberatan dengan adanya Go-Jek, maka ia mewakili Go-Jek meminta masyarakat untuk memilih. Mana lebih baik, Go-Jek atau betor.
"Ini semua tergantung masyarakat. Biarkan masyarakat yang memilih, dia mau naik Go-Jek atau betor," ungkap Firza dengan nada emosi.
Sementara itu, penarik betor bernama Riswan tetap meminta Pemko Medan agar menutup angkutan umum berbasis online. Alasannya, angkutan umum berbasis online itu ilegal.
"Angkutan macam apa yang tidak ada izinnya tapi tidak ditertibkan. Pemerintah harusnya fair, jangan hanya betor saja yang ditertibkan."
"Mereka itu enggak ada bayar sepeksi, sementara kami harus bayar," ungkap pria sepuh ini sembari menepuk-nepuk dadanya.(Ray/tribun-medan.com)