TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Polisi menangkap Soleh Abdurrahman alias Gungun alias Abu Fursan (38) penyandang dana aksi bom panci di Bandung, akhir bulan lalu. Soleh merupakan pedagang susu murni yang menggunakan hasil usahanya untuk mendanai aksi bom panci.
"Dia ditangkap karena memberikan uang Rp 2 juta kepada Yayat (Cahdiyat) alias Abu Salam," kata Kepala Bidang Humas Polda Jabar, Kombes Yusri Yunus di Bandung, Senin (13/3) seperti dikutip dari Tribun Jabar.
Soleh memberikan uang itu setelah mengetahui Yayat akan melakukan "amaliah" yakni meledakkan bom di markas Densus 88. "Soleh ini juga mengetahui tentang Agus yang juga akan melakukan amaliah. Tapi sasarannya tidak tahu," imbuh Yusri.
Agus yang nama panjangnya Agus Sudjatno alias Abu Muslim diketahui sebagai otak pembuatan bom panci. Dia menguasai ilmu meracik bom.
Seperti diberitakan, teror bom panci melanda Kota Bandung, Jabar, 27 Februari lalu. Pelakunya adalah Yayat Chadiyat alias Dani alias Abu Salam (41). Yayat tewas ditembak petugas Densus 88 Antiteror Polri karena melawan saat hendak ditangkap kantor Kelurahan Arjuna, Cicendo.
Dua hari kemudian, polisi menangkap rekan Yayat yakni Agus Sudjatno alias Abu Muslim yang tinggal di rumah kos di Jalan Kebon Gedang, Kelurahaan Maleer, Batununggal, Kota Bandung.
Polisi menyatakan, Yayat, Agus dan Soleh Abdurrahman merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) wilayah Bandung yang memiliki rencana menebar teror bom.
Terpisah, Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, Soleh alias Gungun menyediakan dana Rp 2 juta untuk membiayai perakitan bom panci.
Dana tersebut didapat dari hasil kerja sampingan sebagai penjual susu murni. Sedangkan pekerjaan lain Soleh adalah buruh bangunan.
Boy mengatakan, untuk kasus terorisme, pelaku rela mengorbankan hartanya untuk "berjihad". Pelaku pun rela menyerahkan hasil jerih payahnya untuk melakukan hal yang menurut dia benar. "Dia buruh bangunan, dia pedagang susu, orang kalau sudah terpengaruh, hartanya dipertaruhkan," kata Boy di Jakarta.
Menurut Saeful (32), tetangga Soleh, terduga teroris bom Bandung tersebut sudah cukup lama berjualan susu murni. "Memang jualan susu murni. Sudah lima tahun jadi agen," katanya.
Di sisi lain, dalam beberapa tahun belakangan, Soleh kurang bersosialisasi dengan warga. Pintu rumahnya sering tertutup.
Soleh ditangkap di dekat rumahnya di Kelurahan Sukahaji, Kecamatan Babakanciparay, Kota Bandung, Kamis (9/3).
Pada Senin (13/3) pagi, polisi menggeledah rumah Soleh di RT 09/06 Kelurahan Sukahaji dan menyita sejumlah barang di antaranya senapan angin, peluru mimis, sebuah tas warna biru, sebuah dus warna cokelat, sebuah dus ponsel berisi baterai, dan tiga ponsel.
"Barang-barang itu dibawa untuk kepentingan penyidikan," kata Kombes Yusri Yunus.
Dua perempuan yang ada di rumah Soleh juga diminta ikut ke kantor polisi untuk diperiksa secara mendalam. Ketua RT setempat, Suhendra (45) mengatakan, kedua wanita bercadar itu merupakan istri Soleh.
Suhendra mengatakan, menikahi istri keduanya sekitar dua bulan lalu. Suhendra juga menjelaskan, istri pertama Soleh bernama Fitri. Namun ia belum tahu identitas istri kedua Soleh.
"Kalau istri pertama berusia 28 tahun, kalau yang kedua kurang tahu karena belum terdaftar di RT. Beberapa waktu lalu memang mau didaftarkan tapi keburu ada kejadian ini," ungkapnya.
Suhendra menjelaskan, rumah yang ditempati Soleh merupakan rumah milik orangtua Fitri. Pasangan yang dikaruniai lima tersebut, telah enam tahun tinggal di sana. (tribun jabar/cis)