Laporan Wartawan Surya, Anas Miftahudin
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Dimas Kanjeng Taat Pribadi berpenampilan necis saat bersaksi atas terdakwa Karmawi, dalam sidang kasus penipuan di Pengadilan Negeri Surabaya, Rabu (15/3/2017).
Dimas Kanjeng mengenakan setelan batik dan celana bahan. Rambutnya kelimis disisir ke belakang.
Sementara, Kamawi adalah orang yang diperintahkan Dimas Kanjeng untuk mencari sembilan abah awu-awu untuk menipu berkedok ritual.
Ketika sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Hanung Dwi Wibowo, Dimas Kanjeng dicecar pertanyaan seputar kegiatan sembilan orang abah berjenggot yang didatangkan setiap acara.
"Yang mencari itu Vijay. Saya hanya bertemu sekali di Hotel Tropik, Jakarta, dengan Karmawi," ujar Dimas Kanjeng kepada majelis.
Kesembilan abah dari berbagai profesi antara lain Ratin alias Abah Abdul Rohman, Mat Sani alias Abah Abdul Rohim, Suganda alias Abah Balkan, Abdul Karim alias Abah Sulaiman, Mujan alias Abah Nogo Sosro, Biwa Sutarno alias Abah Karno, Sadli dan Saman (almarhum).
Mereka sebagian besar bekerja sebagai tukang ojek, tukang tambal ban, dan tukang asongan.
Memang, ia menyuruh Vijay untuk mencari abah dengan tujuan untuk memimpin doa di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Namun, pernyataan Dimas Kanjeng, justru dibantah oleh hakim anggota Isjuedi SH.
"Kalau untuk memimpin doa, kenapa tidak diambilkan kiai atau ustaz dari Probolinggo. Kenapa dari Jakarta," tanya Isjuedi.
Mendengar serangan seperti itu, Dimas Kanjeng mulai terlihat gelisah. Ia kelihatan memainkan kedua ibu jarinya. Sepatunya sedikit diayun.
"Tujuannya ya istigasah untuk mempererat antar santri. Kegiatan itu sering kami lakukan di padepokan," ucap Dimas.
Rupanya Isjuedi terus bertanya, "apakah yang dicari itu orang yang bisa memimpin doa atau orang yang berjenggot?"
"Ya yang bisa memimpin doa," ucap Dimas Kanjeng.(*)