Dalam penyelidikan ini pihaknya melibatkan seluruh pegawai Jatim Park 2 termasuk keeper untuk mengetahui apakah ada indikasi kesengajaan atau tidak.
"Kalau ada unsur kesengajaan, tentu kami pasti memberikan sanksi kepada keeper yang saat itu bertugas," ujar Leonardus.
Dikonfirmasi terpisah, Marketing and Public Relations Manager Jatim Park Group, Titik S Ariyanto mengatakan pihaknya menunggu keputusan dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim terkait spot foto bersama hewan akan dilanjutkan atau ditutup.
"Ini murni karena kecelakaan. Kami memberikan biaya pengobatan sampai korban ini sembuh. Ya kami menunggu keputusan dari BKSDA Jatim untuk spot foto ini," kata Titik.
Titik menceritakan, kronologi kejadian ketika anak harimau benggala itu dikeluarkan dari kandang sekitar pukul 13.00 WIB, dikawal oleh dua keeper.
Satu keeper yang memegang tali dan satunya mengawal di depan.
Saat dikeluarkan dan digiring ke lokasi spot foto, anak harimau benggala ini terkejut dan menerkam apa yang ada di sekitarnya.
Kebetulan, saat itu yang paling dekat ialah korban bersama rombongannya.
Mengenai anak harimau beggala itu, setelah kejadian itu tidak akan dijadikan lagi hewan untuk diajak untuk berfoto.
"Tentu ke depan anak harimau itu tidak akan digunakan sebagai hewan untuk berfoto. Sudah kami amankan di kandangnya. Jatim Park ini merupakan tempat wisata konservasi binatang, tentu hewan-hewannya juga sudah ramah dan terbiasa berinteraksi dengan manusia," imbuh Titik.
Dari pantauan TribunJatim.com, pasca kejadian itu hingga saat ini arena foto masih ditutup.
Teriakan
Marketing & Public Relation Manager Jatim Park Group, Titik S Ariyanto mengatakan, peristiwa ini murni kecelakaan.
"Saya mendapatkan laporan dari keeper, bahwa kejadiannya itu, ada sekelompok anak TK yang ingin berfoto dengan anak macan. Lalu di belakangnya lewat sekelompok anak SD yang senang sekali lihat harimau," kata Titik saat dikonfirmasi TribunJatim.com.
Titik mengatakan, saat itu ada sekelompok siswa SD itu berteriak dan mengagetkan anak macan.