Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Christoper Desmawangga
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Intensitas kebakaran yang melanda pemukiman padat penduduk di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, awal 2017, cukup tinggi.
Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kota Samarinda, merilis pada Januari terjadi empat kali kebakaran dengan kerugian mencapai Rp 400 juta.
Pada Februari terjadi empat kali kebakaran dengan kerugian mencapai Rp 1 miliar, dan hingga 28 Maret sudah terjadi tujuh kali kebakaran dengan kerugian Rp 980 juta. Total 298 jiwa kehilangan tempat tinggal.
"Untuk petugas pemadam kebakaran selalu berupaya untuk dapat segera memadamkan api, guna menghindari meluasnya kebakaran, termasuk menghindari korban jiwa," ujar Koordinator Tim Reaksi Cepat Bidang Tanggap Darurat & Evakuasi, BPBD Kota Samarinda, Nanang Arifin, Selasa (28/3/2017).
Dari rentetan peristiwa tersebut faktor dominan api ditimbulkan di antaranya kompor, arus pendek aliran listrik, lilin, termasuk obat nyamuk bakar.
"Beberapa kali kejadian disebabkan karena warga tidak menjaga kompornya saat digunakan, lalu yang paling sering memang korsleting listrik," ia menambahkan.
Nanang mengimbau sudah seharusnya warga memeriksakan instalasi listriknya, kalau memang sudah rapih seharusnya segera diganti.
"Baru-baru ini terjadi kebakaran karena warga membakar kasurnya. Bahkan saat itu sampai mengakibatkan korban jiwa tewas, karena kaget dengan kejadian itu," tambah dia.
Warga yang tak berkepentingan saat kebakaran untuk tidak berada di lokasi karena dapat menghambat petugas pemadam memadamkan api.