TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN -- Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, menerima sejumlah pengaduan dari tokoh masyarakat dalam sosialisasi Perda No 17 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak di lima kecamatan di wilayah perbatasan.
Misadi, Kasie Perlindungan Perempuan, mengatakan, mereka menyampaikan, kini banyak pelajar yang terjun ke dunia prostitusi.
"Di Sembakung kami mendapat banyak pengaduan tentang prostitusi pelajar. Dari pengakuan warga, siswi sekolah dibawa ke tempat hiburan malam,” ujarnya, Selasa (27/03/2017).
Misadi menambahkan, terungkapnya prostitusi pelajar di sejumlah kecamatan di wilayah perbatasan ketika warga mencurigai dan menangkap empat siswi yang akan dibawa ke tempat hiburan malam oleh seseorang.
Dari pengakuan siswi sekolah tersebut, mereka direkrut oleh kakak kelas mereka yang telah lebih dahulu terjun ke dunia prostitusi.
“Anak-anak ini baru kelas I dan kelas II (SMP dan SMA). Nanti yang sudah lulus kemarin akan mencari adik kelas mereka,” imbuh Misadi.
Menurut Misadi, praktik prostitusi siswi sekolah di wilayah perbatasan disebut sudah berjalan lama. Sayangnya, pihak sekolah yang berupaya melaporkan hal tersebut ke pihak kepolisian mengaku tidak direspons.
“Kemarin pihak kepala sekolah menangis melapor ke kami. Katanya ketika melaporkan kepada pihak berwajib justru dimarah-marahi,” tutur Misadi.
Sebelumnya diberitakan, para siswa di sejumlah wilayah perbatasan ini tergiur terjun ke dunia prostitusi karena ingin memiliki handphone (HP) seri terbaru.
Bahkan dari penerulusan mereka, beberapa pelajar justru meminta HP sebagai ganti pembayaran layanan mereka. (Sukoco)