TRIBUNNEWS.COM, TARAKAN -- Door..dorr! Bunyi letusan pistol terdengar saat polisi melumpuhkan Vulla, pelaku penyanderaan dua balita keponakannya sendiri di dalam rumah, Jalan Gajah Mada, RT 1, Kelurahan Karang Anyar Pantai, Tarakan Barat, Kota Tarakan, Selasa (4/4/2017).
Tembakan anggota polisi mengenai bagian badan Vulla, sampai akhirnya tewas. Dua balita, yakni Fazri (5) dan Aisyah (2) yang sempat disandera berhasil diselamatkan. Jenazah Vulla langsung dimasukkan dalam kantong mayat warna oranye dan dibawa ke Ruang Jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan menggunakan mobil ambulans.
Sebelumnya menyandera dua balita tersebut, Vulla sempat mengamuk melukai Ernawati, ibunda dua balita hingga mengalami luka‑luka di bagian lengan, dada, dan paha kiri. Kini Ernawati dalam kondisi kritis tengah dirawat di RSUD Tarakan.
Sebelum ditembak, polisi sudah melakukan berbagai upaya membujuk Vulla agar melepaskan kedua keponakannya. Selama dua jam melakukan pendekatan, Vulla juga tidak mau melepaskan dua bocah itu.
Bahkan polisi yang dibantu anggota TNI terus membujuk Vulla, karena melihat Fazri yang berada di dekapan Vulla mengalami luka bagian lengan dan perut. Karena kondisi yang membahayakan sang bocah, polisi pun mengambil langkah untuk melumpuhkan Vulla. Tembakan mengenai bagian badan Vulla hingga akhirnya meninggal.
Peristiwa penyenderaan paman terhadap kedua keponakan yang masih kecil‑kecil bermula sekitar pukul 12.00 Wita. Saat itu Ernawati menegur Vulla agar ganti baju supaya tidak sakit. Bukannya ganti baju, usai ditegur Vulla malah masuk ke dapur mengambil pisau.
Tidak lama kemudian, tiba‑tiba pisau yang dia dibawa diarahkan ke Ernawati yang sedang menidurkan kedua anaknya di kamar.
Seperti kerasukan setan, Vulla beberapa kali menusuk Ernawati di bagian lengan, dada, dan paha kiri. Melihat kondisi Ernawati yang berdarah‑darah, Santi, istri Vulla yang juga adik Ernawati langsung berteriak. Dia berusaha menarik tangan suaminya agar tidak lagi menusuk kakaknya.
"Saya sudah bilang.. Sudah Vulla!, sudah Vulla!. Saya malah didorong ke belakang. Saya melihat kakak saya ditusuk‑tusuk beberapa kali sama suami saya. Pokoknya ngeri sekali. Saya sampai tidak sanggup melihat kakak saya seperti itu," ucapnya dengan berlinangan air mata.
Santi sendiri tidak mengetahui apa penyebabnya sampai suaminya tega melukai kakaknya. Padahal selama ini kakaknya sangat baik terhadap dirinya dan sang suami. Setiap pulang dari menjaga tambak, ia dan suaminya tinggal di rumah kakaknya.
"Selama ini tidak ada masalah antara kakak dan suami saya, semuanya baik‑baik saja. Saya juga tidak tahu kenapa suami saya menusuk kakak saya. Padahal cuman ditegur ganti baju supaya tidak sakit saja, kenapa bisa seperti ini," ungkapnya sambil terus menangis.
Sementara itu, salah satu seorang tetangga yang namanya enggan disebutkan menuturkan, pisau yang digunakan untuk menusuk Ernawati sempat diambil para tetangga. Namun saat Vulla akan diamankan, ternyata malah langsung masuk ke rumah dan lari ke kamar. Dia menyandera dua keponakannya yang berada di dalam kamar menggunakan sebilah parang.
"Tetangga di sini sudah mau mengamankan Vulla. Eh ternyata Vulla malah menyandera keponakannya menggunakan sebilah parang. Tragisnya lagi, parang diarahkan di leher salah satu keponakannya bernama Fazri. Melihat ini mana ada yang berani, karena tetangga takut kalau Vulla melukai keponakannya," ujarnya.
Ia melihat ada tiga luka tusukan yang diderita Ernawati, yaitu bagian lengan, dada dan paha kiri. "Saya lihat lukanya, ngeri sekali karena banyak darah keluar. Baju saya ini tadi penuh darah dan lantai rumah saya tuh masih ada bercak darahnya Ernawati," ucapnya.
Saat peristiwa ini terjadi banyak warga yang menonton sepanjang jalan menuju gang sempit. Ada pula masyarakat yang rela sampai naik ke atas tembok, untuk melihat penyanderaan yang dilakukan Vulla.
Padahal beberapa kali polisi dan petugas sudah mengusir untuk tidak menyaksikan peristiwa ini, tapi tidak diperdulikan oleh sebagian masyarakat yang ingin melihat secara dekat peristiwa penyendaraan yang dilakukan paman terhadap kedua keponakannya. (jnh)