News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

100 Nelayan Desa Lambur Luar Tak Kunjung Dapat Jaring Bantuan

Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal nelayan asing saat digiring dari muara Jungkat, Pontianak, Kalimantan Barat menuju pangkalan Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pontianak, Jalan Moh Hatta, Sungai Rengas, Kuburaya, Kalbar, Jumat (24/3/2017) sore. Sebanyak 13 kapal nelayan beserta 96 awak kapal berkewarganegaraan Vietnam diamankan personel Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI dan Stasiun PSDKP Pontianak dalam operasi rutin Operasi Nusantara Bakamla di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, laut Cina Selatan, Selasa (21/3/2017) lalu. Penangkapan ini berawal dari patroli kapal pengawas KP Hiu Macan 01 yang menemukan sekelompok kapal nelayan asing menangkap ikan di perairan Indonesia menggunakan alat tangkap Pair Trawl, alat tangkap yang dilarang digunakan di Indonesia. (TRIBUN PONTIANAK / ANESH VIDUKA)

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Nelayan di Desa Lambur Luar, Kecamatan Muarasabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, mengeluhkan bantuan jaring dari pemerintah belum terealisasi.

Seorang nelayan warga Desa Lambur Luar mengaku sudah hampir empat bulan lamanya bantuan jaring untuk nelayan tak kunjung pemerintah realisasikan.

Sementara jaring bantuan belum datang, mereka tak lagi bisa melaut setelah adanya larangan penggunaan trawl atau pukat harimau.

"Kemarin dari Dinas Derikanan melarang penggunaan trawl. Makanya kami tidak melaut karena tak ada jaring," ujar nelayan tersebut tanpa namanya disebut Tribun Jambi, Selasa (18/4/2017).

"Katanya mau dibantu jaring sebagai gantinya tapi sampai sekarang tidak turun juga padahal sudah didata empat bulan lalu," nelayan tadi menambahkan.

Akibat tidak adanya kejelasan dari pemerintah terkait kompensasi bantuan jaring yang ditukar dengan trawl ini membuat banyak nelayan tidak melaut.

"Sebelumnya kebanyakan kami ini memakai jaring trawl. Tapi katanya dilarang makanya tidak melaut. Menunggu bantuan jaring tak datang juga, kami bingung mau mengadu ke siapa," ia menegaskan.

Sebagian nelayan nekat melaut mencari ikan menggunakna trawl meski risikonya ditangkap lantaran jaring pengganti dari pemerintah belum juta mereka terima.

"Mau bagaimana lagi, kalau tidak melaut mau makan apa anak bini di rumah?" ucap dia.

Para nelayan sangat menantikan jaring bantuan pemerintah karena harga jaring cukup mahal. Tak semua nelayan mampu membeli jaring yang baru.

"Bisa habis Rp 10 jutaan juga. Hasil dari laut berapalah. Kami bingung mau mengadu ke siapa, kalau tidak ada kejelasan kami di sini rencananya mau ketemu pihak DPR, tidak apa-apa kami ke Jambi. Yang belum dapat di sini 100 lebih ada," ia menegaskan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini