Bukan hanya itu perlengkapan sekolah sang anak dan parabotan memasak pun berada di dalam gubug tanpa ada sekat.
Mag Uri yang merupakan buruh serabutan bukan tidak ingin memperbaiki tempat tinggalnya.
Namun, jangankan untuk memperbaiki rumah untuk biaya sehari-hari pun Mang Uri harus bersusah payah.
Penghasilannya yang tidak menentu membuat Mang Uri harus putar otak untuk mencukupi biaya sehari-hari.
"Biasa kerja bangunan, kalau sepi ya jadi buruh ngoret (babat rumput), penghasilan paling besar satu hari Rp 50 ribu dibagi untuk makan dan ongkos sekolah anak, Alhamdulillah di cukup-cukupin aja," ucap Mang Uri sambil memperhatikan atap rumahnya yang bocor.
Mengenaskan, hidup di Kota Bogor dengan slogam Kota Sejuta Taman, ternyata masih ada warganya yang hidup di bawah garis kemiskinan.(*)