News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Di Kota Bogor, Masih Ada Keluarga yang Hidup di Rumah Beratapkan Spanduk dan Tidur Bertumpuk

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nuhroho

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR SELATAN - Miris ! itu ucapan yang keluar dari siapapun yang melihat kondisi rumah ini.

Tinggal di wilayah Kota Bogor, pria bernama Uri (42) harus menahan dingin saat hujan turun.

Betapa tidak, rumahnya yang hanya memiliki luas 4 x 5 meter itu bagian atapnya ditutup spanduk.

Genting rumahnya sudah tidak utuh lagi menutup bagian atap karena sebagian kayu penyangga hancur.

Uri tinggal di di Kampung Nagrog, RT 3/8 Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan.

Mang Uri sebutan tetangga untuk pria itu terpaksa tinggal di rumah itu bersama satu istri dan anak-anaknya.

Kondisi rumah yang memprihatinkan lebih tepat disebut gubuk.

Kayu-kayu bekas dan potongan bambu menjadi tiang penyangga atap yang terbuat dari bekas spanduk.

Sedangkan dindingnya gubug terbuat dari anyaman bambu.

Saat hujan tiba sedikit demi sedikit air yang jatuh ke atap pun menetes dan membasahi bagian dalam gubug milik Uri.

Melihat kondisi atapnya sedikit terbuka karena terkena angin, Deden anak Uri yang duduk dibangku SMP pun segera bergegas naik ke atas untuk membenahi atap.

"Kalau pas hujan, anak saya pasti naik buat benerin atap, soalnya pasti bocor," kata Uri saat ditemui TribunnewsBogor.com.

Pantauan TribunnewsBogor.com, di dalam gubug tersebut tampak beberapa kasur dan bantal yang sudah lepek akibat sering terkena air hujan.

Bukan hanya itu perlengkapan sekolah sang anak dan parabotan memasak pun berada di dalam gubug tanpa ada sekat.

Mag Uri yang merupakan buruh serabutan bukan tidak ingin memperbaiki tempat tinggalnya.

Namun, jangankan untuk memperbaiki rumah untuk biaya sehari-hari pun Mang Uri harus bersusah payah.

Penghasilannya yang tidak menentu membuat Mang Uri harus putar otak untuk mencukupi biaya sehari-hari.

"Biasa kerja bangunan, kalau sepi ya jadi buruh ngoret (babat rumput), penghasilan paling besar satu hari Rp 50 ribu dibagi untuk makan dan ongkos sekolah anak, Alhamdulillah di cukup-cukupin aja," ucap Mang Uri sambil memperhatikan atap rumahnya yang bocor.

Mengenaskan, hidup di Kota Bogor dengan slogam Kota Sejuta Taman, ternyata masih ada warganya yang hidup di bawah garis kemiskinan.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini