Laporan Wartawan Tribun Bali I Wayan Erwin Widyaswara
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Mega proyek ‘Pasar Badung’ yang berlokasi di sebelah selatan kawasan heritage Jalan Gajah Mada, Denpasar, dipastikan bakal tertunda.
Sebab, proyek yang direncanakan mulai dibangun pada bulan Juni 2017 itu ternyata mengalami gagal tender.
Dari 78 kontraktor yang mendaftar, dan 15 kontraktor yang mengajukan penawaran, semuanya gugur lantaran tidak memenuhi syarat.
“Iya memang gagal tender, nanti kami akan sosialisasikan ke masyarakat kenapa bisa gagal tender. Ada item yang tidak memenuhi syarat, makanya belum ada pemenang sampai sekarang,” kata Wayan Hendaryana, Kesubag Pengumpulan Informasi dan Publikasi Bagian Humas dan Protokol Setda Kota Denpasar, Sabtu (13/5/2017) melalui sambungan telepon.
Berdasarkan informasi terbuka dalam situs Eproc.denpasarkota.go.id, dari 78 kontraktor yang melakukan pendaftaran lelang proyek Pasar Badung, sebelumnya telah ditetapkan lima besar oleh Pemerintah Kota Denpasar melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kota Denpasar.
Lima kontraktor yang sebelumnya masuk lima besar itu antara lain PT Adhi Karya (Persero) tbk; PT Nindya Karya (persero); PT Amarta Karya (persero); PT Tunas Jaya Sanur; dan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk. Bahkan, sebelumnya ULP telah menetapkan tiga besar yang lolos ke tahap berikutnya.
Dari lima besar itu, tercatat pada situs tersebut kontraktor yang melakukan penawaran terendah dan yang sempat disebut-sebut bakal jadi pemenang adalah PT Adhi Karya dengan nilai penawaran Rp. 136.336.552.000.
Namun, ternyata dalam proses evaluasi dan verifikasi PT Adhi Karya pun gugur karena dinyatakan ada beberapa item persyaratan yang tidak sesuai ketentuan.
Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa Kota Denpasar, Maria Antonia Dezire Mulyani memilih tidak berkata banyak, sebab menurutnya ini adalah persoalan internal.
Dezi, panggilan akrabnya, mengaku bakal berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak-pihak terkait dengan proyek ini. Dia membenarkan bahwa seluruh kontraktor dinyatakan tidak memenuhi syarat.
“Sementara hasil temen-temen seperti itu. Saya belum bisa banyak bicara dulu. Masih harus koordinasi dulu,” kata Dezire.
Perlu diketahui, saat ini Pemkot Denpasar masih berupaya untuk melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan berkoordinasi dengan Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D) Kota Denpasar yang dipimpin oleh Kajari Denpasar.
Tujuan lobi pusat ini agar pembangunan pasar badung bisa dilakukan pada 2017 ini.
“Tujuan koordinasi ke pusat dan dengan Tim TP4D ini biar pembangunan tetap bisa jalan segera. Artinya kan begini, kan tidak semua item tidak memenuhi syarat kontraktor itu. Siapa tahu bisa dibangun melalui item yang sudah dinyatakan memenuhi syarat,” ucap sumber Tribun Bali di Pemkot Denpasar.
Dikonfirmasi tentang koordinasi dengan pusat ini, Dezire Mulyani langsung bungkam. Dia memilih tidak mengomentari hal ini. Sebab, menurutnya pihaknya masih berkoordinasi dengan sejumlah pihak terlebih dahulu karena banyak yang mesti dia perhatikan.
“Aduh kalau itu saya enggak mau jawab. Lebih baik tanya ke humas,” kata Dezire.
Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PD Pasar Kota Denpasar, Made Westra mengaku belum mendapatkan informasi resmi mengenai gagal tender Proyek Pasar Badung ini.
Setelah adanya surat resmi, kata Westra, barulah pihaknya bakal bersikap dan berbicara ke media.
“Saya belum dapat surat resminya. Nantilah saya komen kalau sudah ada surat resmi. Yang jelas, kalau benar, ya berarti pedagang masih harus di tempat relokasi dulu,” kata Westra.
Pantauan Tribun Bali, lahan Pasar Badung yang terletak di sebelah Jalan Gajah Mada, Denpasar, itu kini masih seperti danau tanpa air.
Sejak bangunan bekas kebakaran dibongkar sejak awal 2017 lalu, kini lahan tersebut belum disentuh pembangunan sama sekali.
Padahal, Pasar yang terbakar terakhir pada 29 Februari 2016 itu rencananya mulai dibangun pada awal bulan Juni 2017. Pasar terbesar di Denpasar ini sudah beberapa kali mengalami kebakaran besar. Pertama, Pasar Badung sempat mengalami kebakaran hebat pada 1975, dan pada tahun 2000 silam.
Kebakaran yang terjadi tahun 2016 kemarin juga meludeskan hampir semua kios dan los yang terdapat di empat lantai.
“Kebakaran yang besar sudah beberapa kali saya rasakan. Itu yang besar ya. Belum kebakaran yang kecil-kecil rasanya sudah enam kali saya kena kebakaran semenjak jualan di Pasar Badung,” kata Jro Menuh, salah satu pedagang yang mengaku sudah berjualan di Pasar Badung sejak tahun 60-an itu.