TRIBUNNEWS.COM, PANGKEP- Malang nasib Sukmawati, janda anak 5 di Pulau Sapuka, Kecamatan Liukang Tangayya, Kabupaten Pangkep, Sulsel.
Dua tahun lalu ditinggal mati suami.
Lalu pada Desember 2016, rumah panggung peninggalan suaminya roboh diterjang angin puting beliung.
Kini, bersama lima anaknya, Sukma bertahan hidup di gubuk yang dibangunnya di bekas lahan rumahnya, hanya beberapa meter dari garis pantai.
Gubuk yang sangat tak layak huni.
Atapnya daun kelapa ditindih gamacca (anyaman bambu).
Dinding rumah juga dari gamacca, lantainya tanah.
Gubuk itu dibangunnya dari sisa-sisa rumahnya yang roboh.
"Tiap malam saya dan anak kedinginan di rumah ini. Kalau hujan, kami terpaksa basah-basahan," kata Sukmawati kepada Tribunpangkep.com, Selasa (16/5/2017).
Sukma sesekali tertawa saat menceritakan kehidupannya kini.
Namun jelas sekali, jika tawanya itu untuk menyembunyikan kepedihan hatinya dan agar tak ada air mata yang tumpah.
Rambutnya sebagian sudah memutih.
Kulit, termasuk wajahnya legam terpapar sinar matahari.
Sejak rumahnya roboh, Sukma mengaku tak pernah mendapat bantuan dari Pemkab Pangkep, menjenguk pun tidak.
Sehari-hari Sukma menjadi pembantu di rumah tetangga yang membutuhkan jasanya.
Kadang juga membantu menjaga anak tetangga.
"Hasil bantu-bantu orang itu saya pakai beli beras, untuk keperluan sehari-hari dan ongkos sekolah anak. Tak cukup tapi dicukupkan saja," jelasnya. (Munjiyah)