Laporan Wartawan TribunJatim.com, Adeng Septi Irawan
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Baru-baru ini buku terbitan Paramitra Publishing berjudul "Materi Layanan Klasikal Bimbingan dan Konseling" menimbulkan kontroversi.
Di buku yang ditujukan bagi guru-guru Bimbingan Konseling (BK) tersebut bertuliskan kalimat yang membuat orang salah paham dan membuka perdebatan.
Kalimat yang direvisi tersebut berbunyi 'Subhanallah' menjadi 'Subhana Tuhan', 'Laa ilaha illallah' menjadi 'Laa ilaha illa Tuhan', dan 'Alhamdulillah' menjadi 'Alhamdu Lil Tuhan'.
Sejumlah kalangan merasa kaget dengan realita itu. Beberapa pihak merasa prihatin adanya informasi tersebut.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dinilai kecolongan karena tak mengetahui buku yang beredar tersebut.
Anggota Komisi E DPRD Jatim, Moch Eksan, mengaku peristiwa buku pelajaran seperti itu di dunia pendidikan bukan pertama kali.
Beberapa waktu lalu juga pernah ditemui di Jombang, serta beberapa daerah lainnya.
Ia mendorong Dinas Pendidikan untuk benar-benar menyeleksi buku pelajaran sekolah yang masuk di wilayah Jawa Timur.
"Kalau pun sudah beredar kan masih bisa ditarik kembali jika dinilai berbau intoleransi yang cenderung mengajarkan kesesatan kepada para siswa," kata Eksan pada Kamis (1/6/2017).
Politikus NasDem ini menginginkan, Majelis Guru Mata Pelajaran lebih selektif memilih buku bagi kalangan siswa.
Buku yang tak layak bagi pelajar jangan sampai dijadikan panduan proses belajar mengajar, begitu kata Eksan.
Menurut dia kondisi siswa sekolah yang masih labil sangat rentan terkena pengaruh dari setiap media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
"Apalagi jika sudah menyangkut masalah agama itu yang berbahaya," ungkap pengurus PCNU Jember tersebut.
Eksan berpikir penyelesaian ini tidak hanya di Dinas Pendidikan saja.
"Semua kalangan baik penyusun, penerbit, distributor harus turut andil mengatasinya," ucap dia.