Laporan Wartawan Tribun Jateng, Raka F Pujangga
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Latar belakang keluarga tak menentukan kesuksesan seseorang ke di kemudian hari. Joko Raharjo satu dari banyak orang tersebut.
Joko kecil pernah menjadi tukang tambal ban sepeda dan penjaja makanan di sela bersekolah ini. Siapa menyangka kini ia memimpin PT Telkom Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, beserta anak perusahaan Telkomsel.
Di bawah bayang-bayang ekonomi keluarganya yang terbatas, Joko terus memberikan karya terbaik memajukan perusahaan pelat merah tersebut.
Berikut petikan wawancara wartawan Tribun Jateng, Raka F Pujangga, dengan Joko Raharjo, Executive Vice President PT Telkom Regional IV Jateng dan Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Bagaimana awal Anda masuk Telkom?
Saya pertama kali masuk ke Telkom setelah lulus SMA. Saya kuliah itu justru setelah masuk ke Telkom mengambil kelas sore. Sebenarnya, saya kuliah di Universitas Islam Nusantara bukan ingin biar saya ada pengakuan. Tidak. Saya hanya ingin merasakan kuliah itu bagaimana rasanya. Itu saja sebenarnya, seperti apa kuliah itu.
Kemudian saya ambil kuliah D2 dulu, lulus tahun 1985. Kemudian saya kuliah lagi D3 selesai pada 1990, dan 1991 saya ditugaskan pindah ke Padang. Pindah ke beberapa tempat, sampai akhirnya saya ditugaskan untuk memimpin di Jawa Tengah.
Kenapa bekerja dulu sembari kuliah?
Saya bukan berasal dari keluarga yang mapan secara ekonomi. Sejak kecil saya sudah membantu ayah saya mencari uang. Sewaktu SD saya pernah membantu ayah saya menjadi tukang tambal ban sepeda. Saat masih SMP sembari sekolah saya juga membantu berjualan.
Apa saja yang bisa dikerjakan, untuk mendapatkan uang pasti saya melakukannya karena sudah terbiasa sejak kecil. Makanya saya kuliah setelah bekerja untuk memuaskan rasa penasaran saya.
Apa pengalaman menarik selama bekerja di Telkom?
Pengalaman menarik saat saya masuk Telkom ini tidak pernah melalui audit. Sehingga saat saya masuk ke sana masih junior tetap masuk dalam tim untuk melakukan audit tujuh tahun ke belakang.
Saat itu saya tidak pernah pulang, dari tahun 1985 sampai mundur ke belakang sampai tahun 1977. Waktu itu fokus tugas yang diberikan untuk mencari piutang usaha, dan melakukannya secara manual.