News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sofyan Tan Bangun Sekolah untuk Perjuangkan Pluralisme

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM), Sofyan Tan bersama Maruarar Sirait

TRIBUNNEWS.COM,MEDAN- Pendiri Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM), Sofyan Tan, mengapresiasi kedatangan politikus PDI Perjuangan, Maruarar Sirait  yang kerap disapa Ara, ke yayasan miliknya, di Jalan Tengku Amir Hamzah Pekan I, Gang Bakul, Medan Sunggal,Kota Medan, Sumatera Utara (Sabtu, 15/7/2017).

"Pak Ara memiliki komitmen pada pluralisme dan seorang Pancasialis. Kita sama punya ide yang sama terkait dengan pluralisme yang harus kita jaga bersama. Keragaman adalah realitas dan kenyataan Indonesia yang tak bisa kita pungkiri," kata Sofyan, usai menerima kunjungan Maruarar, sekaligus penerimaan siswa Baru.

Yayasan ini didirikan oleh Sofyan Tan. Sofyan Tan merupakan seorang dokter yang terjun ke dalam bidang pelayanan dan pengembangan masyarakat di Sumatera Utara, yang kini menjadi anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan.

Yayasan ini didirikan Sofyan Tan pada tahun 1987 dengan tujuan mengembangkan pendidikan bagi anak-anak yang tak mampu, dengan asas pembauran.

Sekolah yang didirikannya itu tidak ada kelompok mayoritas atau minoritas. Sofyan mengusahakan agar berbagai kelompok yang ada di masyarakat terwakili.
Dalam penjelasan yang diterima tribunnews.com, murid-murid sekolah yang dikelolanya terdiri dari anak-anak Tionghoa, Melayu, Batak, India, dan lain-lain.

"Mulanya murid disini cuma 141 orang, dengan 17 guru. Semua murid berasal dari orang miskin. Kelas pun berupa semacam bangsal. ada 7 bangsal," cerita Sofyan.

Sekolah ini juga dibangun rumah ibadah dari lima agama. Yaitu pura, wihara, mesjid dan gereja. Hal ini untuk menunjukkan bahwa Pancasila benar-benar diamalkan.

"Saya ingin mewujudkan multikultural education. Kini sudah ada 3000 ribu murid dari TK hingga SMA, dengan jumlah guru dan staf ada 202 orang," kata Sofyan.

Dikatakan lagi, selain meyakini bahwa Indonesia adalah homogen juga punya pengalaman yang pahit di masa lalu. Misalnya pada masa anak-anak, pada pertengahan tahun 60-an, Sofyan melihat banyak rumah orang Tionghoa dibakar.

"Kecuali rumah bapak saya. Aman. Karena bapak saya dekat dengan semua suku dan agama. Bahkan ketika bapak saya meninggal didoakan para tokoh masyarakat yang dari berbagai agama," lanjutnya.

Maruarar kemudian berujar, sekolah-sekolah di Indonesia perlu meniru sekolah yang dibangun dan didirikan Sofyan Tan. Bila sekolah ini ditiru maka tidak akan ada paham radikalisme yang menjangkit kelompok remaja, yang berdasarkan penelitian cukup banyak.

"Semoga sekolah ini bisa melahirkan Sofyan Tan- Sofyan Tan yang baru," harap Maruarar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini