Laporan Wartawan Tribun Jateng, Muh Radlis
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Tsamara Amani belakang ini menyedot perhatian publik setelah 'menantang' Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah.
Tsamara berdebat dan mematahkan argumen Fahri Hamzah dalam acara yang mempertemukan antara pihak pro dan kontra Pansus Hak Angket KPK.
Beberapa hari terakhir beredar surat terbuka untuk Tsamara yang ditulis oleh Rayla Prajnariswari Belaudina Kusrorong seperti di grup aplikasi pesan WhatsApp.
Dalam surat terbuka tersebut Rayla beranggapan apa yang dilakukan Tsamara belum bisa dikatakan ikut melawan koruptor.
Bagi Rayla, aksi nyata dan strategis, edukasi politik dan gerakan anti kemiskinan dianggap jauh lebih nyata ketimbang berdebat di televisi.
Berikut isi surat terbuka dari Rayla untuk Tsamara :
Surat Terbuka Untuk “Politisi Muda”, Tsamara Amani
Saya Rayla Prajnariswari Belaudina Kusrorong, (bukan) seorang politisi muda. Meski belum pernah bertemu Tsamara, apalagi mengenal personal dengan baik. Entah itu dalam pertemuan, acara diskusi maupun dalam dialog-dialog formal dan informal lainnya, perkenankan saya untuk berkomunikasi dengan Anda secara terbuka di sela-sela kesibukan Anda sebagai calon gubernur DKI suatu saat nanti.
Pertama-tama, mengapa surat ini saya tujukan untuk Anda bukan yang lain seperti Sist Grace Natalia atau ibu Eva Sundari atau bahkan Pak Fahri Hamzah. Itu dikarenakan saya tertarik dengan popularitas Anda akhir-akhir ini, cukup menggelitik pikiran saya. Biasanya saya memilih membaca jurnal sambil minum kopi, lain pula kali ini.
_Sang politisi muda, Tsamara._
Awalnya saya tidak tahu Anda siapa, dari latar belakang mana, atau bagaimana Anda hadir dan tiba-tiba viral di media sosial belakangan ini. Sebagai (bukan) seorang politisi muda, saya banyak memperhatikan figur-figur muda yang terjun ke dunia politik.
Saya tahu akan sangat berdosa jika saya menyarankan Anda untuk berkonsentrasi pada kuliah dulu, sembari mematangkan pengetahuan berpolitik. Bukan karena anti anak muda berpolitik, sayapun sangat mendukung anak muda untuk ambil peran dalam pentas panggung politik. Namun gagasan dan langkah Anda kadang menggelitik saya, apalagi tersemat bagi Anda sebagai ‘politisi muda’. Konon katanya, perwakilan generasi milenial.
Pertama. Menantang Fahri Hamzah “bertengkar”. Saat acara ILC membahas soal hak angket KPK, saya melihat Anda dengan percaya diri mengkritik keras Pak Fahri Hamzah. Mbak politisi muda berlipstik merah yang saya banggakan, ketahuilah bahwa menolak atau menyuruh pembubaran pansus angket KPK, niscaya Anda tidak sedang berjuang melawan koruptor.
Mengapa demikian? Di tengah opini upaya pelemahan KPK, yang mereka butuhkan adalah Anda membawa bukti di lembaga peradilan, bukan melawan dengan cara politis dan menggiring opini publik bahwa mereka yang mencurigai/mempertanyakan KPK adalah pendukung koruptor. Bagaimana Mbak, sampai disini kita sepakat? Hehehe…
Saya juga tidak ingin menjudge bahwa Anda terlalu belia dan belum pantas berorasi di depan gedung KPK. Tapi, alangkah baiknya Anda yang (katanya) diakui sebagai politisi muda terlebih dahulu belajar prioritas yang dihadapi negara ini. Misalnya saja seperti krisis sosial ekonomi, belajar dari realitas orang miskin dan kaum marjinal.
Kedua, bagaimana bisa gagasan Anda sebagai politisi hanya dengan baca berita, bikin vlog dan menulis, serta masuk organisasi/partai? Saya tiap hari baca berita, menulis lumayan sering, terlibat organisasi juga sudah. Apa karena saya belum membuat vlog sehingga saya belum bisa jadi politsi muda yang popular akhir-akhir ini seperti Anda? Mbak politisi muda, Kalau Anda paham ilmu politik, didalam politik ada seni berpolitik, selain itu ada seni memerintah dan bagaimana menjalankannya. Sederhananya, di dalam politik ada manusia-manusia politik, dan mereka adalah pencipta perubahan, pembuat ide-ide bukan sekedar penggiring opini.
Dunia politik itu bukan hanya soal kepentingan dan bagaimana mewujudkannya. Politik itu bukan hanya soal keberanian dan kepedean, tapi juga membutuhkan strategi taktik dalam lingkup siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana. Sederhananya, bagaimana negara melakukan manajemen untuk mencapai tujuan negara bagi rakyatnya.
Ketiga. Anda sebagai politisi muda secara praktis (mungkin) belum melihat langsung realita di lapangan. Dalam berbagai diskusi Anda hadir sebagai elite partai yang berbicara menurut data. Maksud saya di sini adalah mempublikasi diskusi berdasarkan hasil data sebaiknya didasarkan pada yang fakta di lapangan. Jadi, hasil data tersebut mampu bersinergi dengan apa yang Anda bicarakan. Omongan yang hanya bertujuan menarik simpati dan bukan untuk perubahan nyata, sangat mudah dibaca arahnya.
_Sang politisi muda Tsamara._
Mari sama-sama belajar dengan baik dan membuat perubahan pada aksi-aksi nyata dan strategis yang berpengaruh langsung pada masyarakat. Kampanye anti kemiskinan atau membuat vlog tentang edukasi politik. Berpikirlah dengan baik, sayangilah langkah Anda yang masih belia, karena politik bukan soal instan. Mari sama-sama belajar dahulu seni politik dengan matang baru ngomongin bagaimana Anda mengajak anak muda yang lainnya ikut terjun ke dalam politik. Agar Anda bisa matang berpikir tanpa ditunggangi. Supaya Anda bisa berbicara sesuai dengan omongan dan keyakinan Anda sendiri. Jangan sampai di kepala menjadi bayi gagasan yang lahir prematur dan tidak tumbuh dewasa.
Demikian Tsamara.
“Kata-Kata adalah Senjata”
Dari saya, Rayla Prajnariswari Belaudina Kusrorong. -(Bukan) politisi muda.
Kepada Tribun Jateng, Rayla mengaku menulis surat terbuka itu berdasarkan inisiatif pribadi. Surat ini ia sebar ke grup chat dan pesan berantai milik alumni Ilmu Pemerintahan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
"Itu inisiatif pribadi, saya sebar ke grup chat dan pesan berantai," kata Rayla, Rabu (19/7/2017).
Wanita yang pernah aktif di organisasi Forum Komunikasi dan Kerja Sama Mahasiswa Pemerintahan Indonesia itu menegaskan surat terbuka ini bukan titipan seseorang atau kelompok tertentu.
"Saya resah, melihat anak muda yang berkutat dengan konsep yang menurut saya belum matang. Ini bukan soal umur, tapi generasi muda harus bisa melakukan aksi nyata yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat," kata Rayla.
Rayla berharap agar surat terbuka ini bisa dibaca oleh Tsamara.
"Saran saya, matangkan konsepnya lalu lakukan aksi nyata. Gunakan tenaga dan pikiran untuk kerja nyata yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Tidak hanya berdebat," ucap dia.