TRIBUNNEWS.COM , SEMARANG- Kalangan parlemen Uni Eropa, mengagumi dan memuji kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Indonesia yang masyarakatnya memeluk beragam agama, beragam suku dan budaya, namun bisa hidup berdampingan dengan damai.
Hal itu disampaikan perwakilan tokoh dari sepuluh tokohparlemen Uni Eropa saat mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) dan berdialog dengan jajaran pengelola MAJT, serta sejumlah tokoh lintas agama Jateng, di Aula MAJT, Rabu (26/7).
Salah satu dari tokoh parlemen Uni Eropa, Martin Russelparlemen dari Brithis, mengungkapkan, ia mengaku terkesan dengan masyarakat Indonesia yang mampu mengemas keberagamannya dengan baik.
Negara yang memiliki penduduk muslim terbesar tapi begitu indah dalam menjaga demokrasinya.
“Ini sesuatu yang luar biasa dan masyarakat Eropa perlu belajar banyak tentang pengembangan pluralisme di Indonesia. Kita lihat Myanmar dan India yang jumlah sukunya relatif kecil, tapi kedua Negara ini sering diguncang konflik antaretnis dan agama,” kata Martin dalam dialog.
Kemudian, tokoh parlemen Uni Eropa dari NGO Belanda, Alberto Turkstra, mengungkapkan, di Belanda saat ini warganya 16 persen memeluk protestan, Islam 5 persen, dan 50 persen tidak beragama.
Situasinya, sering terjadi ketegangan karena tak bisa memahami keberadaan agama.
Ia menilai, Belanda perlu belajar tentang masalah pengelolaan keberadaan dan keberagaman agama ke Indonesia.
Meski agama di Indonesia sangat plural, tapi masyarakatnya dapat saling hidup berdampingan.
Sekretaris DPP MAJT, KH Muhyiddin mengatakan, bahwa seluruh masjid di Indonesia termasuk MAJT menjaga sikap toleran.
Bahkan MAJT yang menjadi salah satu destinasi wisata riligus, pusat pendidikan dan kajian keilmuwan, tidak membedakan pada siapapun yang ingin mengunjungi masjid.
“Siapa pun dipersilakan mengunjungi MAJT, tidak mesti harus Islam. Kita juga tidak menanyakan yang datang agamanya apa, etnis apa, dan sebagainya. Tiap pagi pun kompleks MAJT menjadi pusat olahraga dan rekreasi masyarakat luas. Siapa pun dapat menikmati suasana segar di MAJT,” katanya.
Penasehat DPP MAJT, KH Ali Mufiz mengungkapkan, salah satu kunci merawat keberagaman adalah bahwa Indonesia menempatkan kehidupan berbangsa, suku dan agama sebagai Sunatullah.