TRIBUNNEWS.COM, KOTAMOBAGU - Para penjual hewan kurban di Kotamobagu memilih seni berbeda dalam menjual hewan kurbannya.
Gendon, penjual hewan kurban, mengaku senang karena dagangannya laris dan dia dituntut harus merawat kambing jualannya.
"Jadi saat hewan kurban khususnya kambing sudah jadi milik pembeli. Saya mesti mengurus dan merapatnya hingga akan diambil pemilik untuk dikurbankan," jelas Gendon, Sabtu (26/8/2017).
Pembeli yang mempercayakan kepada penjual merawat kambing hingga H-1 perayaan hari raya kurban pada 1 September 2017.
"Ini seni tersendiri bagi kami penjual hewan kurban," katanya
Tak hanya itu, yang membuat berbeda penjual hewan kurban dengan penjual lainnya adalah tanggung jawab terhadap hewan yang sudah dibeli warga.
Kalau penjual lainnya barang yang sudah laku tak dapat dikembalikan.
"Kalau di kita jika terjadi apa-apa pada hewan yang dititipkan menjadi tanggung jawab penjual, bahkan resikonya jadi fatal kami harus ganti hewannya sehingga wajib hukum diurus baik-baik," urainya.
Katanya, berjualan hewan kurban mendatangkan berkah dan pahala. Kedua dalam menjajakan hewan kurban sebagai sunah bagi umat muslim.
Duka sering dirasakan kalau hewan kurban jenis kambing terserang penyakit mata 'pete' dan BAB berdampak pada turunnya berat badan dan harga akan anjlok.
"Untunglah dari pengalaman hampir 10 tahun berjualan, sudah tau solusinya. Kalau mata 'pete' obatnya teteskan jeruk nipis dan untuk BAB beri minum entrostop," jelasnya.
Burham Adam, penjual hewan kurban kambing jenis Etawa, paling dinantikan bukanlah pembeli memborong hewan jualannya melainkan saat hendak mengembalakan kawanan kambing pulang ke rumah dan kandang.
"Mereka sudah tahu tempat atau tujuan pulang. Itu kelebihan kambing, penciuman tajam. Sudah tahu kandangnya dimana, saat di lepas dia akan kembali lagi," jelas Burham.(Christian Wayongkere)
Artikel ini telah tayang di Tribun Manado dengan judul: Kisah Penjual Hewan Kurban di Kotamobagu, Kambing Burham Tahu Jalan Pulang