TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Sarli (10) memegang ranggaman (alat memanen padi) di tangan. bocah tersebut cekatan memetik tangkai buliran padi di hadapannya.
Keringat pun tampak membasahi wajahnya. Teriknya matahari seolah tidak dirasakan Sarli. Penutup kepala jaket yang dikenakannya digunakan menjadi pelindung kepalanya dari panasnya cuaca, Kamis(6/9/2017) siang.
Sarli adalah anak ketiga Syamsi (60) warga Rt 5 Kelampaian Ilir, Astambul, Banjar, yang tinggal di sebuah gubuk yang nyaris roboh.
Sarli tidak seperti layaknya anak-anak seusianya yang menghabiskan waktu di sekolah. Dia memilih membantu ibundanya bekerja menjadi buruh tani.
Sedangkan kakak Sarli yakni Sahlan (14) juga tidak sekolah. Sahlan, mendapatkan tugas mengasuh si Bungsu Ramadhani (2) dan Maulidah (5).
Terlihat Ibunda Sarli, Amsah (40) juga bekerja memetik tangkai buliran padi yang sudah matang. Disampingnya, Maulidah (5) juga ikut bersamanya. Menurut Amsah, setengah hari untuk memanen padi buruh tani seperti dirinya mendapatkan upah sebesar Rp 30 ribu.
Putranya, Sarli juga ikut memanen padi dan mendapatkan upah yang sama. Sarli, tidak sekolah dan memilih membantunya bekerja untuk menambah penghasilan keluarga.
"Begini pang Sarli hari-hari membantu saya bekerja. Kalau kakaknya Sahln juga tidak sekolah. Dia mengasuh adiknya yang bungsu," terangnya.(Banjarmasin Post/Hari Widodo)