TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Sekitar sepuluh hari lalu, Usman menerima telepon dari keluarganya yang ada di Myanmar.
Melalui hubungan jarak jauh tersebut, Usman diberitahu oleh keluarganya bahwa rumah tempat tinggal keluarga sudah habis dibakar.
"Mama sambil menangis saat call waktu itu. Rumah sudah tidak ada, kampung kami juga sudah hangus," kata Usman, pengungsi Rohingnya yang sekarang tinggal di Rumah Susun (Rusun) Puspa Agro, Sidoarjo, beberapa hari lalu.
Menurut Usman, kejadiannya pada tanggal 28 Agustus lalu.
Dan sejak itu, ibu bersama saudaranya mengungsi ke kampung lain yang lokasinya tidak jauh dari sana.
"Tapi sekarang bagaimana kabar mereka, saya sudah tidak tahu. Sejak call waktu itu, sudah tidak ada hubungan lagi sampai sekarang. Saya selalu sedih setiap kali ingat mama, tapi bagaimana lagi saya sudah tidak bisa apa-apa. Saya hanya bisa bersabar," kata Usman lirih.
Usman sendiri sudah meninggalkan Myanmar sejak tahun 2008.
Baca: Armen Memilih Menolong Korban yang Terluka Bacok dan Biarkan Sang Perampok Pergi
Dia naik kapal menuju Malaysia, dan sempat bekerja menjadi kuli bangunan di sana secara ilegal.
Dari sana, dia dan sejumlah pengungsi lain lantas kembali naik kapal menuju Australia.
"Untuk mencari tempat yang aman. Kan di Malaysia juga kami tidak punya dokumen apa-apa (ilegal)," aku Usman.
Dalam perjalanan menuju Australia itu kapal yang ditumpanginya rusak karena dihantam ombak.
Dia sempat diamankan petugas di Makassar dan menjalani hukuman penjara sekitar tujuh bulan.
Usman sempat tinggal selama 1,5 tahun di Makassar, sampai kemudian diproses dan dibawa ke Surabaya.
Terhitung sudah lima tahun Usman berada di Indonesia. (M Taufi/Aflahul Abidin)