News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menengok Makam Besar nan Megah di Depan Rumah Warga Sumba, Isinya Bisa Belasan Jenazah

Penulis: Yulis Sulistyawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makam batu megalitik di Sumba di kampung adat

TRIBUNNEWS.COM, SUMBA - Saat pertama kali datang ke Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), mata kita akan tertuju ke makam-makam berukuran besar yang letaknya tak jauh dari rumah warga.

Pemandangan itu tak akan lepas lantaran sebagian besar makam diletakkan di bagian depan rumah atau samping.

Semakin besar dan bagus rumah warga, maka biasanya makam akan semakin besar dan megah.

Tribunnews.com berkesempatan berkeliling Pulau Sumba pada akhir pekan lalu.

Baca: Video Asusila Beredar di Medsos, Ashanty: Millen Nangis-Nangis Depan Kami

Begitu keluar dari Bandara Tambolaka menuju Kota Kabupaten Sumba Barat Daya, di sepanjang jalan terlihat makam-makam berukuran besar.

Makam berukuran besar di Sumba. Makam ini terletak di persis pinggir jalan utama

Ada yang terlihat dari bahan batu, ada yang terlihat dari beton, dan ada juga yang terlihat makan dilapisi keramik.

Bahkan, ada juga makam berukuran besar itu diberi rumah peneduh dari panas dan hujan.

Potong Sapi-Kerbau

Tak hanya diperkotaan, di daerah pinggiran seperti Kodi, Sumba Barat Daya, juga terlihat makam-makam dari beton yang berada di depan atau bagian samping rumah warga.

Tribunnews sempat melihat langsung prosesi jelang pemakaman, tepatnya di Desa Waimangga, Sumba Barat.

Baca: Paranormal Ternama dari Myanmar Meninggal, Kliennya Tokoh-tokoh Terkenal di Asia, Siapa Saja?

Tatkala melintasi jalanan desa tersebut, terlihat kerumunan puluhan orang.

Tribunnews dan rombongan sempat berhenti. Meminta izin kepada pihak keluarga untuk melihat dari dekat apa saja yang dikerjakan warga dan malah diizinkan melihat lebih dekat dan mengabadikan gambar.

Potong sapi dan kerbau untuk hormati anggota keluarga yang baru saja meninggal dunia

Terlihat warga dengan membawa parang atau katopo memotong daging sapi dan kerbau di halaman depan rumah.

Kepala kerbau berukuran besar dengan tanduk panjang sudah terpisah dari badan.

Puluhan warga sibuk memotong daging kerbau yang dialasi dengan daun. Potongan daging besar pun dipotong-potong lagi menjadi berukuran sedang.

Baca: Vietnam Keok, Indonesia Juara Grup dan Bertemu Thailand di Semifinal Piala AFF U-18

"Kerabat kami meninggal dunia. Kami sebagai anak, menantu punya kewajiban memberikan penghormatan terakhir. Sekarang kami potong dua kerbau dan dua sapi sebagai penghormatan terakhir," ujar Nicolas yang mengenakan pakaian serba hitam.

Potong kerbau dan sapi dilakukan setelah digelar misa penghormatan terakhir sebelum pemakaman.

Di halaman rumah itulah, kerbau dan sapi berukuran besar lantas dipotong beramai-ramai.

"Dagingnya dibagikan ke handai taulan," lanjut Nicolas.

Potong sapi dan kerbau untuk hormati anggota keluarga yang baru saja meninggal dunia

Saat berbincang dengan Nicolas, munculah perempuan berpakaian rapi dan formal. Dan satu lagi perempuan berbaju adat Sumba.

Perempuan berbaju adat itu langsung menawarkan ke Tribunnews untuk mencoba pinang-sirih-kapur sebagai penghormatan yang diberikan keluarga kepada tamu.

Sang pendeta bernama Magdalena Maraneya menjelaskan, bahwa baru saja digelar misa dan dilanjutkan dengan potong kerbau.

Baca: Putra Asri Welas Jalani Transfusi Darah: Unggahan Ini Menggambarkan Kondisi Tangan Si Kecil

Menurut pendeta Magdalena, potong kerbau-sapi ini sudah menjadi adat di Sumba.

Mengenai berapa jumlah kerbau-sapi atau hewan lain seperti babi, ayam, tergantung dari kondisi ekonomi keluarga yang ditinggalkan.

Isi Makam

Di rumah keluarga besar Nicolas tersebut juga terdapat makam dari beton berukuran besar yang berada di bagian depan samping kanan.

Pada makam tersebut terdapat gambar tanduk kerbau berukuran besar yang dibuat dari beton juga.

Pendeta Magdalena dan keluarganya menyilakan Tribunnews melihat isi dalam makam berukurang sekitar 3x3 meter tersebut.

Dari bagian samping, terdapat bagian yang tak dibeton dan diberi karung.

Pendeta Magdalena berdiri di dekat makam keluarga

Cukup mudah membuka penutup berukuran sekitar 40 x 40 cm tersebut.

Begitu terbuka, terlihat di dalam makam besar itu ruang kosong nan lega seukuran makam.

Ruangan itu lembab. Di bagian bawah, terdapat bekas bambu untuk keranda dan peti jenazah.

"Nanti jenazah dimasukkan ke sini. Satu makam ini bisa muat lebih dari 10 jenazah," ujar pendeta Magdalena.

Pendeta Magdalena berdiri di dekat makam keluarga

Menurut pendeta Magdalena, setiap jenazah dimasukkan ke makam tersebut berikut petinya sekaligus.

Agar bau tak sedap tidak meruap keluar makam, maka sebelum dimakamkan telah diberi obat. "Obat penghilang bau, obat biasa dari Puskesmas," ujarnya.

Baca: Hasil Investigasi Menkes Diharapkan Bisa Dijadikan Rujukan Kepolisian Ungkap Kasus Bayi Debora

Batu Megalitik

Makam berukuran besar tersebut biasanya terdapat di Sumba Barat, Sumba Barat Daya dan Sumba Timur.

Seorang warga Sumba Timur bernama Jemmy Boajonga mengatakan, di Sumba Timur makam tidak sebesar di Sumba Barat dan sekitarnya.

"Kalau di Timur, makam hanya untuk satu jenazah. Jadi tidak ditumpuk seperti itu," ujar Jemy.

Sebelum makam berupa beton, zaman dahulu para leluhur Sumba membuat makam dari bahan batu berukuran besar.

Kuburan megalitik mudah saja ditemukan, baik di halaman rumah warga maupun di setiap perkampungan adat.

Misalnya, di kampung adat Bondo Maroto, Tambelar, Tarung, dan Prairame.

Makam batu megalitik di kampung adat di Sumba Barat

Kuburan batu megalitik juga ada di Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Kabupaten Sumba Timur.

Keberadaan batu kubur megalitik lengkap dengan ornamen kepala kerbau. Semakin besar makam dari batu, maka menjadi lambang kebanggaan atau kebangsawanan atau kebesaran orang Sumba.
Tidak semua orang Sumba mampu membuat batu kubur besar karena membutuhkan biaya yang sangat besar.

Dahulu, puluhan ekor hewan dipotong, seperti ayam, anjing, babi, sapi dan kerbau selama menjalankan ritual adat, mulai dari pemotongan batu kubur, penarikan batu kubur hingga pengerjaan batu kubur.

Jumlah hewan yang dibantai berkisar 50-an ekor. Ini belum terhitung ayam dan anjing. Karenanya, sebelum memulai kerja, pemilik batu kubur beserta segenap keluarga besar harus mempersiapkan diri lebih matang agar pelaksanaan pengerjaan batu kubur berjalan lancar sesuai rencana yang telah disepakati.

Baca: Reza Rahadian: Saya Orang yang Memecut Diri Sendiri Sangat Keras dalam Bermain Film

Tidak semua batu kubur boleh atau dapat digunakan untuk menguburkan keluarga yang meninggal.

Dalam adat-isitiadat setempat, ada sebutan batu kubur `pemali’. Batu itu berkaki empat dan memiliki ornamen. Model batu kubur seperti itu tidak sembarangan menguburkan keluarga meninggal, kecuali kepala adat atau setaranya, batu kubur raja atau bangsawan, seperti batu kubur raja Loli, raja Loura, raja Kodi dan raja Anakalang.

Sayangnya, seiring perjalanan waktu tradisi budaya ini mulai bergeser dari kuburan batu potong asli ke model kuburan beton.

Pendeta Magdalena berdiri di dekat makam keluarga (TRIBUNNEWS.COM/YULIS)

Hal itu karena bahan pembuatan batu kubur dari beton mudah diperoleh, seperti semen, besi beton dan pasir.

Secara ekonomis kuburan beton lebih ringan ketimbang menggunakan batu potong asli. (tribunnews/yulis sulistyawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini