Seketika itu juga penyakit tetangga Ponari sembuh.
Kabar tersebut langsung menjalar ke seluruh daerah hingga akhirnya banyak warga yang berbondong-bondong datang ke rumah Ponari untuk berobat.
Selang beberapa bulan kemudian, Ponari membuka praktek pengobatan dan mematok kontribusi tiket bagi pasien sebesar Rp 5.000,-.
3. Sempat ditutup
Praktek pengobatan Ponari sempat ditutup saat ada pasien dan warga yang tewas di sekitar rumah Ponari.
Dua orang pasien dan dua orang pedagang asongan meninggal diduga karena kelelahan.
Para pemerhati hak anak juga meminta supaya Ponari tidak di eksploitasi.
Mereka meminta Ponari dibiarkan untuk sekolah dan bermain layaknya anak pada umumnya.
Namun penutupan ini hanya bersifat sementara.
Beberapa bulan kemudian, praktek pengobatan dibuka kembali.
4. Hasil dari praktik pengobatan
Ponari memiliki uang dan aset yang melimpah dari hasil prakteknya.
Ia diketahui telah membangun rumah yang besar dari hasil praktek pengobatannya.
Ia juga berhasil membeli sawah seluas 5 hektar dan membangun musala di dekat rumahnya.