TRIBUNNEWS.COM, BALI - Aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tetap tinggi. Status Gunung Agung hingga 18.00 wita masih level IV (awas).
Kepala Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Kasbani mengatakan hingga saat ini belum terjadi trend penurunan status terhadap aktivitas vulkanik Gunung Agung.
"Melihat perkembangan yang ada, Gunung Agung sangat potensi meletus. Untuk saat ini belum ada tanda-tanda penurunan. Yang jelas, ini tinggal menunggu waktu," kata Kasbani.
Dari data seismograf pada pukul 12.00-18.00 wita, tercatat jumlah gempa vulkanik dalam sebanyak 190 kali, gempa vulkanik dangkal 103 kali, dan gempa tektonik lokal sebanyak 15 kali.
Dari jumlah tersebut, gempa yang dapat dirasakan sebanyak 6 kali.
Pada pukul 13.12 wita, terjadi gempa yang sangat terasa dari pos pantau Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem.
Gempa dengan kekuatan 4,3 SR ini lebih tinggi dari yang terjadi pada Selasa kemarin.
Kondisi cuaca di sekitaran Gunung Agung yang memiliki ketinggian 3.142 mdpl itu saat ini sedang cerah berawan.
Angin bertiup lemah ke arah barat. Suhu udara 25-30 °C dan kelembaban udara 65-77 %.
Pantauan visual, gunung yang terakhir meletus pada 1963 itu saat ini sedang diselimuti kabut 0-1 hingga kabut 0-III.
Asap kawah terpantau lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50 meter di atas kawah puncak.
Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki, pengunjung, dan wisatawan masih diminta agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya.
Zona bahaya yang dimaksud berada pada area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 9 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.
Selain itu ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 12 km.
Saat ini, perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilis yang diterima Tribun Bali mengatakan, pergerakan magma mendekati permukaan terus berlangsung.
Peluang terjadinya letusan cukup besar.
Hingga Rabu (27/9/2017) sore pengungsi mencapai 96.086 jiwa di 430 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota.
Sebaran pengungsi tersebut adalah di Kabupaten Badung 15 titik (5.879 jiwa), Kabupaten Bangli 30 titik (5.076 jiwa), Kabupaten Buleleng 26 titik (16.901 jiwa), Kota Denpasar 27 titik (2.539 jiwa), Kabupaten Gianyar 13 titik (1.011 jiwa), Kabupaten Jembrana 29 titik (514 jiwa), Kabupaten Karangasem 100 titik (39.859 jiwa), Kabupaten Klungkung 162 titik (19.456 jiwa), dan Kabupaten Tabanan 27 titik (4.851 jiwa)
Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena belum semua pendataan selesai dilakukan.
Meningkatnya jumlah pengungsi ini karena masyarakat yang berada di luar zona berbahaya pun juga ikut mengungsi.
Sebab masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari batas radius yang dilarang.
Selain itu juga faktor psikologis akibat bahaya dari meletusnya Gunung Agung.
Secara umum kebutuhan dasar pengungsi mencukupi.
Partisipasi masyarakat Bali sangat besar membantu pengungsi.
Gotong royong, solidaritas dan kekompakan masyarakat menyebabkan penanganan pengungsi terlaksana baik.
Sutopo mengatakan, sampai kapan masyarakat mengungsi tidak dapat diperkirakan.
Tergantung dari Gunung Agung. Selama status Awas maka masyarakat tidak diijinkan melakukan aktivitas di radius berbahaya.
Untuk memberikan peringatan dini, BNPB telah memasang lima unit sirene mobile iCast Rapid Deployment Public Notification System (iRADITIF) di sekitar Gunung Agung, yaitu di Polsek Kubu, Pos Polisi Tianyar, Polsek Selat, dan Polsek Rendang.
Sirine ini dipasang sebagai sarana peringatan kepada masyarakat agar segera mengungsi atau menghindar dari bahaya letusan Gunung Agung.
Sirine ini mampu melayani masyarakat dengan kekuatan bunyi bisa mencapai 2 kilometer.
Sirine dibunyikan secara manual oleh petugas jaga yang terhubung Pos Komando Utama di Karangasem.
Selain itu juga dipasang rambu-rambu evakuasi yang menginformasikan posisi di lapangan dari radius berbahaya.
Peta radius berbahaya letusan Gunung Agung ditetapkan di peta.
Di lapangan tidak ada tandanya sehingga masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari radius berbahaya.
Rambu tertulis "Anda saat ini berada di radius 9 km dari puncak kawah Gunung Agung", dan lainnya.(*)