TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Alunan suara merdu Yuni Shara malam itu mampu mengusir hawa dingin di kawasan wisata Bandungan, Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Di sebuah hotel, di kawasan wisata itu berkumpul anak-anak muda Kota Semarang era tahun 60-an yang berjuluk Seteran Boys Club (SBC) dalam gelaran “The Reunion Party of SBC, 50 tahun SBC is Back”.
Suasana party berubah khidmat saat kakak kandung Kris Dayanti, saat itu didaulat para eks bikers Semarang untuk menyanyikan lagu-lagu nasional.
Saat menyanyikan bersama-sama, Indonesia Pusaka, hampir 40–an orang para veteran SBC bersama keluarga dan tamu undangan lainnya larut dalam keharuan karena ikut merasakan pemaknaan syair lagu ciptaan komposer kenamaan Ismail Marzuki itu. Mereka menyanyikan secara kolektif lagi-lagu nasional sebagai bagian untuk merefleksikan semangat kecintaan mereka kepada Indonesia.
Mereka bereuni sebagai rasa syukur dan merayakan berkumpulnya kembali, setelah 50 tahun lamanya berpisah. Kekompakan selalu tercermin dari wajah-wajah para veteran genk motor Semarang ini.
Bahkan yang sangat surprise para punggawa SBC, meski sekarang mereka tak muda lagi, bahkan rata-rata sudah menjadi opa dan oma patut diacungi jempol.
Semangatnya untuk berkumpul dan bersatu telah memberi makna dan inspirasi positif tak hanya keluarga dan keturunannya tetapi juga kepada para sahabat maupun lingkungan saat ini mereka berada.
Mereka ternyata juga sangat hafal dan fasih menirukan setiap bait dalam syair Indonesia Pusaka yang dipandu Sang Diva, yakni:
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata
Syair Indonesia Pusaka ini seolah merekonstruksikan kesadaran kolektif para veteran SBC bahwa mereka sejatinya terlahir, hidup, dan mati pada saatnya kelak, berada di bumi pertiwi Indonesia.
Maka tak ada yang bisa memaksa untuk memisahkan mereka dari tumpah darah, tempat mereka dilahirkan. Tak ada alasan apapun untuk tidak mencntai, berbakti, dan mengharumkan pusaka Ibu Pertiwi yakni Indonesia Raya.
Demikian janji dan komitmen yang disampaikan para punggawa SBC yang diwakili oleh J Sofyan Hidayat, salah satu veteran SBC yang dikenal juga sebagai Presdir PT Industri Jamu dan Farmasi SidoMuncul Tbk ini.
“Kami sadar betul bahwa kami sejak lahir telah mencintai Indonesia. Maka kami wajib menjunjung nama baiknya. Seperti yang disebut dalam peribahasa, “dimana bumi dipijak maka disitulah langit dijunjung,”ujar Sofjan.
Kondisi yang terjadi dalam reuni emas SBC yang dihelat di Griya Persada Hotel, Bandungan ini pula yang memberi kesan dan makna begitu dalam bagi pelantun spesial lagu lawas daur ulang tersebut. Bahkan saking terharunya menyaksikan kebersamaan mereka setelah berpisah separoh dekade, penyanyi cantik bertubuh mungil ini pun tak kuasa meneteskan air mata ikut terharu.
Termasuk 40 peserta reuni SBC, tampak berkaca-kaca dan tak bisa menyimpan keharuannya bercampur bahagia tatkala bersama berkumpul kembali yang terpisah karena waktu, usia, dan jarak. Bahkan diantara mereka ada sebagian lebih dulu menghadap Tuhan.
Dalam akun instagramnya: yunishara36, kakak kandung Kris Dayanti ini pun mengomentari event reuni 50 SBC itu. Sang Diva menggugah foto penampilan terbaiknya dan memberi komentar:
“Malam ini. Saya terharu, nyanyi di acara reunion SBC (genk motor anak-anak sugeh) di Kota Semarang yang ke 50 tahunan. Dan sekarang menjadi orang-orang sukses. Nggak banyak orang, hanya sekitar 40 orang, mostly Chinese. Tapi pas saya tanya pengin lagu apa yang bareng-bareng, mereka minta lagu Nasional.”
Saat Yuni menggugah foto dan komentarnya, tak kurang dalam itungan menit, ada 94,868 viewers yang telah membuka instagramnya.
Sungguh menjadi magnet tersendiri bagi sebagian besar publik, mengapresiasi kegiatan serupa yang lebih mengedepankan rasa persahabatan dan persaudaraan diantara mereka meski mereka tak semua sama dalam satu latar belakang, baik itu agama, keyakinan, suku, ras maupun ekonomi sekalipun.
Mereka bisa berkumpul dalam suasana bahagia dan damai. Tak ada sekat apapun yang menghalangi mereka bersatu kembali mengenang masa-masa muda. Saling bantu, saling mengangkat nasib diantara mereka yang kurang beruntung bahkan mungkin merekatkan tali silaturahmi diantara mereka dengan perjodohan keluarga bisa jadi sesuatu yang lumrah.
Tercatat diantara para eksponen SBC, salah satunya ada yang menjadi dokter yang mengabdi di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Salah satunya Dr Aburizal yang tak dinyana waktu masih belia adalah dikenal sebagai Ketua SBC.
Lalu Aciok yang kini dikenal sebagai pengusaha beken di Semarang, Eddy Pribadi yang juga pengusaha, Roy Hartono yang dipercaya memegang kendali bos distribusi produk SidoMuncul di Jawa Barat serta Sofjan Hidayat sendiri dikenal sebagai anak kedua pasangan Yahya dan Desy Hidayat sebagai penerus dan pengelola SidoMuncul.
Sofjan Hidayat menyebut reuni emas SBC digelar untuk kali pertama ini sejak mereka berpisah dari sekolah menengah pertama merupakan kejutan luar biasa.
“Mereka sudah sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri. Tetapi ketika teman-teman ngajak kumpul bareng sebelum mereka dipanggil Tuhan, ada baiknya reuni yang menyenangkan dan menggembirakan. Ternyata mereka cepat merespon dan kita bikin acara yang lain daripada yang lain,”ujar Sofjan yang juga Komisaris PT Muncul Mekar, distributor utama produk SidoMuncul ini.
Reuni tak hanya disuguhi live musik yang dihibur oleh Yuni Shara dan Iis Sugianto, tetapi juga diwarnai nyanyi bersama dan yang paling seru adalah aksi dansa, mengenang kebiasaan dan kebisaan mereka waktu masih muda. Mereka kala itu memang doyan ngetrek dengan motor yang sudah mereka permak, party, dan dansa.
“Ya namanya waktu itu kita masih alay-istilah anak muda sekarang, lumrah kita menyalurkan hobi nge-trek di sepanjang jalan besar Semarang, lalu konvoi dan kumpul di Seteran, bikin pesta dan kadang dansa. Tapi semuanya positif kok,”ujar Roy mengenang.
Seteran Boys Club (SBC) era 60-an memang dikenal sebagai genk anak-anak muda Semarang yang rata-rata dari keluarga ekonomi mapan. Uniknya, meski mereka tak berada dalam satu almamater sekolah yang sama. Malahan dari sekolah berbeda-beda bahkan ada yang lebih duluan kuliah, tetapi tetap solid dan bersatu. Jadi tidak ada yang tawuran atau membuat keributan maupun keonaran.
“Aburizal itu kuliah di Undip. Sementara yang lain ada yang sekolah di Masehi, Karangturi, Bernadus dan lainnya. Yang penting karena punya hobi yang sama dan suka aja kita bisa kumpul guyub sampai sekarang,”jelas Sofjan selepas dari SMA kala itu melanjutkan studi ke Jerman.
Yang keren lagi, meski mereka dari genk bikers wilayah berbeda. Anak-anak SBC yang rata-rata berdomisili di kota Semarang bawah (kawasan Seteran, kini Jl Gajah Mada) tetap menjunjung nilai sportivitas dengan genk bikers lainnya.
Nyaris tidak pernah ada friksi apalagi tawuran dengan genk lain. Genk anak-anak Semarang Atas, yang rata-rata anak penggede dan pejabat Semarang maupun Jateng, seperti Gubernur, Pangdam, Kapolda, Walikota, Kejati selalu membaur dan berkompetisi sehat dengan genk SBC. Inilah semangat dan suasana guyub rukun sesama anak genk yang patut ditiru anak-anak zaman sekarang.
“Kita tetap bersahabat. Tapi saat nge-trek dan memikat cewek, tentu kita sudah sepakat secara ksatria dan sportif. Masing-masing sudah tahu kesepakatan dan komitmen bersama,”ungkap Sofjan jujur.
Pada reuni emas itu, beberapa tembang lawas sangat apik dibawakan oleh dara arek Malang yang bernama asli Wahyu Setyaning Budi ini.
Kau Segalanya, Mengapa Tiada Maaf, Kau Tercipta Hanya Untukku, Hilang Permataku, Antara Benci dan Rindu, Tak Ingin Ku Sendiri berhasil memikat para punggawa SBC dan undangan. Tak terkecuali Iis Sugianto juga sukses membawakan tembang: Jangan Kau Sakiti Hatinya ciptaan Rinto Harahap, Bunga Sedap Malam, Kabar-kabar Burung, Nasibku Nasibku, Untuk Sebuah Nama, Sepanjang Jalan Kenangan, Seindah Rembulan.
Perhelatan “The Reunion Party of SBC, 50 tahun SBC is Back” ditutup dengan alunan merdu Yuni dan Iis bersama All Star diikuti para eksponen SBC dan undangan dengan tembang: Kemesraan.