Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Jumadi, pengelola budidaya ikan lele sistem bioflok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan, menjelaskan dirinya cukup kaget karena baru 45 hari lele yang dibudidaya sudah bisa dipanen.
"Kita terima bibit sebanyak 36 ribu pada 27 Agustus, dan sekarang panen 2.500 jenisnya lele sangkuriang," jelasnya, Jumat (13/10/2017).
Lanjutnya, hasil panen lele pun bervariatif yang paling besar satu kilogram berisi delapan ekor lele, di susul satu kilogram berisi 10 ekor lele, dan satu kilogram berisi 12 ekor lele.
"Sistem bioflok ini airnya cuma dibuang sedikit kita tambah. Kota juga pakai ramuan bioflok dan tetes tebu, pelet kita campur kemudian dikasih makan. Peletnya juga pelet shinta yang buat ikan mas," paparnya.
Selain itu, sebisa mungkin air rutin dibersihkan agar tidak menyebabkan bau menyengat.
Sementara ini budidaya lele ini masih dikelola pengurus, ke depan budidaya lele akan melibatkan para santri.
"Sementara baru pengurus, ke depan kita bisa membina santri. Panen ini buat kebutuhan santri. Selama ini pondok beli di luar tapi sekarang bisa beli di dalam," jelasnya
Sementara itu, Direktur MBS Yogyakarta, Fajar Shadik menjelaskan pihaknya bersyukur baru 45 hari lele yang dibudidaya sudah bisa dipanen.
Namun begitu, ia menjelaskan ukuran yang dipanen memang berbeda dengan standar
"SOP 75 hari sampai 90 hari baru panen. Ternyata sekarang sudah panen sesuai dengan ukuran yang dikonsumsi sama anak-anak. Sop 7-8 lele perkilo. Kalau di pondok 1 kg itu isi 12-13 ekor lele. Kita coba timbang 1 kg ada yang isi 10," ujarnya.
Lanjutnya, sesuai amanah dari Kementerian Perikanan dan Kelautan, ke depan budidaya lele ini diharapkan bisa menjadi potensi ekonomi.
"Insyaallah menjadi bagiaan ekonomi pesantren. Akan ada juga toko bangunan, londri dan macam yang dikelola secara profesional," jelasnya.
"Bagi dapur kalau mau ngambil (lele) ya bayar, kami mau profesional untuk ekonomi pesantren," pungkasnya. (*)