Masyarakat Indonesia meyakini jenglot sebagai makhluk yang memiliki kekuatan mistik dan dapat mengundang bencana.
Secara medis, jenglot didefinisikan sebagai bukan makhluk hidup setelah diteliti oleh tim forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Melalui foto sinar rontgen, tidak ditemukan unsur tulang (sebagai penyangga organ mahluk hidup) namun hal yang mengejutkan justru diperoleh dari penelitian DNA lapisan kulit jenglot yang mengelupas.
Setelah diperiksa oleh Dokter Djaja Surya Atmaja dari Universitas Indonesia, ternyata lapisan kulit itu memiliki DNA mirip primata sejenis manusia.
Akan tetapi, penyelidikan asal usul jenglot secara medis hanya dihentikan sampai di sana karena pemilik jenglot tidak mengizinkan jenglot dibedah, agar tidak ada hal buruk yang terjadi.
Legenda jenglot juga diangkat ke dunia hiburan, terutama untuk tema misteri dan supranatural.
Film Indonesia berjudul Jenglot Pantai Selatan disutradarai oleh Rizal Mantovani, dirilis pada Februari 2011.
Ada juga kesimpulan yang mengatakan jenglot itu dibuat dengan proses mumifikasi dari beberapa spesies, seperti kepala monyet yang disambung dengan ekor kuda sebagai rambutnya.
Menurut mitos jenglot dikatakan bahwa dulunya adalah manusia yang memiliki ilmu batara karang yang tubuhnya makin lama makin mengecil.
Jenglot banyak diperjualbelikan, tapi kebanyakan tidak lebih dari hanya sekedar boneka yang di bentuk sedemikian rupa menggunakan kulit tupai, kelelawar atau binatang lainnya.
Jenglot yang asli dapat di manfaatkan untuk mengambil harta terpendam dari dalam tanah, caranya jenglot di beri makan darah dari golongan darah O, kemudian jenglot akan masuk ke dalam tanah menarik harta terpendam seperti emas.
Namun jenglot yang asli sangatlah langka dan tidak mungkin diperjualbelikan.