TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Kemarahan Kepala PLT Badan Layanan Umum (BLU) Trans Semarang membuncah ketika menangkap sopir BRT koridor 1 no lambung I-020 bernama Saputro atau Putro.
Putro kedapatan mengemudikan bus dalam keadaan teler setengah sadar diduga pengaruh konsumsi pil sejenis obat-obatan terlarang, Jumat (20/10/2017).
Dalam video yang diterima Tribun Jateng, Ade Bhakti tampak tidak terima dengan kelakuan Putra yang membahayakan keselamatan penumpang.
"Seumur-umur ra ana sing ngepil (seumur-umur tidak ada yang konsumi pil). Nama BRT Trans Semarang rusak gara-gara satu sopir seperti kamu. Kamu membahayakan orang banyak tahu ngga,” kata Ade dengan nada tinggi.
Putra yang masih dalam keadaan setengah sadar pun banyak diam dan meminta maaf atas perilaku yang ia lakukan.
"Maaf, maaf, ini ngga selesai cuma sekadar maaf," kata Ade.
Baca: Jejak Gembong Bom Bali: Hidup Dr Azhari Berakhir di Tangan Tim Walet Hitam
Ketika dikonfirmasi, Ade membenarkan kejadian tersebut.
Putra, kata Ade, mengaku telah mengonsumsi obat terlarang yang didapat dari rekan sopir bus antar kota.
"Kami langsung koordinasi dengan pihak Rumah Sakit Bhayangkara. Kami lakukan tes urine malam itu juga," ujarnya, Minggu (22/10/2017).
Ade menggambarkan suasana mencekam dialami penumpang koridor I dengan operator PT Trans Semarang milik Direktur Tutuk Kurniawan.
Kondisi sopir teler dilaporkan penumpang melalui hotline aduan yang ditempel di dalam bus.
Kejadian bus dari Mangkang menuju arah Penggaron sekitar pukul 14.40 WIB.
Baca: Pengusaha Tambang Diminta Pejabat Setor Rp 700 Juta Urus Izin Eksplorasi
"Inti laporan sopir bus nyopir dalam keadaan mabuk atau teler. Dan rute bus keluar dari jalur trayeknya," kata Ade.
Saat laporan terdengar suara penumpang histeris bahkan ada yang menangis.
Lepas dari Jalan Piere Tendean, bus seharusnya ke shelter transit Pemuda, namun Putra malah masuk ke Thamrin dengan berjalan zig zag.
Dari Thamrin, bus masuk Jalan Tri Lomba Juang ke arah Pahlawan-Simpanglima-Pahlawan.
Putra lantas memaksa penumpang dan petugas tiket turun di Jalan Pahlawan.
Putra lantas membawa bus ke arah-Siranda-Elisabeth-Kawi-Sriwijaya.
Ade lantas berkoordinasi dengan control room Area Traffic Control System (ATCS) untuk melacak keberadaan bus.
Sempat terjadi aksi kejaran dengan petugas BLU Trans Semarang, akhirnya bus berhasil dihentikan di lampu lalu lintas Peterongan.
Baca: Tak Ada yang Menduga Gusti Komang Akhirnya Meninggal Setelah Kejang-kejang di Sawah
"Sopir diturunkan lalu kami amankan dan dibawa ke Kantor PT Trans Semarang untuk kami hadapkan ke direktur PT Trans, Pak Tutuk. Awalnya sopir tidak mengaku, lalu kemudian mengakui mengonsumsi pil," ujarnya.
Pada hari itu juga, sebanyak 26 sopir menjalani tes urine termasuk Putra ke Rumah Sakit Bhayangkara.
"Tapi hasilnya negatif, karena diduga obat yang dikonsumsi bukan psikotropika," kata Ade.
Ade bersyukur sistem pelaporan dan ATCS berjalan dengan baik.
"Mengerikan kalau tidak segera ditangani. Untung tidak nabrak kendaraan lain. Padahal sopir tersebut sudah 8 tahun jadi karyawan Pak Tutuk," ujarnya.
Baca: Hari Ini Mulai Diberlakukan Rute Baru TransJakarta
Atas kejadian tersebut, Putra direkomendasikan untuk tidak dipekerjakan di PT Trans Semarang sebagai sopir BRT.
"Kami juga memasukkan Putra ke dalam black list (daftar hitam). Jadi sampai sekarang sudah 29 sopir yang masuk black list," ujarnya.
Ade akan meminta operator semakin memperketat perekrutan sopir dan melakukan tes urine untuk mencegah hal serupa terulang.
"Padahal baru dua minggu lalu kami minta update data sopir dilengkapi beberapa dokumen termasuk surat keterangan sehat dan bebas narkoba. Ini malah kejadian," ujarnya.