Laporan Wartawan Tribun Medan, Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Kericuhan antara mahasiswa dengan pihak rektorat terjadi di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Pihak kampus menutup paksa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tanpa alasan.
Sebelumnya terjadi kericuhan di Universitas Sumatera Utara (USU) terkait penculikan dan penganiayaan mahasiswa.
Tidak sampai disitu saja, pihak kampus mengancam akan men-drop out (DO) mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa.
Bahkan, beberapa mahasiswa telah diberikan surat peringatan (SP) tanpa alasan yang jelas.
"Dari hasil investigasi kami, pihak kampus melakukan cara-cara yang otoriter. Keadaan di UMSU sekarang ini sudah seperti masa Orde Baru (Orba). Dimana, mereka yang ingin menyampaikan aspirasi dibungkam sedemikian rupa," kata Kepala Divisi Jaringan LBH Medan, Aidil A Aditya lewat siaran persnya, Rabu (25/10/2017) sore.
Aidil yang dahulunya aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini mengatakan, tak hanya menakut-nakuti mahasiswa dengan SP dan DO, rektorat UMSU juga mengerahkan TNI berseragam lengkap ke dalam kampus.
Ia menilai, tindakan seperti ini jelas merupakan kemunduran harkat dan martabat institusi pendidikan.
"Kampus sejatinya merupakan ruang bagi mahasiswa untuk menjadi kritis dan ilmiah. Tapi kenapa di UMSU terjadi pembungkaman seperti ini," kata Aidil.
Pada Selasa (24/10/2017) sore kemarin, terjadi keributan antara mahasiswa dengan pihak rektorat UMSU.
Mahasiswa yang BEM-nya disegel duduk di gedung pendaftaran yang ada tak jauh dari gerbang utama.
Entah kenapa, pihak rektorat mendatangi mahasiswa mengamuk dan mengancam melakukan skorsing.
Bahkan, rektorat mengerahkan TNI berseragam lengkap untuk membubarkan mahasiswa yang duduk di dalam kampusnya.
"Kami sangat mengecam upaya pembatasan ruang demokratisasi di UMSU. Tidak sepatutnya civitas kampus itu mengerahkan TNI," tegas Aidil.
Terkait keributan mahasiswa dengan pihak rektorat ini menyebar di beberapa media sosial.
Dalam rekaman video singkat itu terlihat Sekretaris Rektor UMSU, GN marah-marah dan 'memaksa' salah satu Wakil Dekan III untuk menskorsing mahasiswa yang duduk di gedung pendaftaran.(Ray/tribun-medan.com)