Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Perjuangan dan kegigihan Bripda Taufik, polisi yang sempat tinggal di kandang sapi mengundang perhatian publik pada 2015 lalu.
Banyak pihak pula yang mengapresiasi dan salut pada kesederhanaan serta kegigihan Bripda Taufik.
Banyak orang yang kemudian tergugah untuk ikut turut membantu keluarga Taufik.
Ada yang membantu dalam bentuk sembako untuk kebutuhan makan sehari-hari, ada juga yang berupa uang untuk keperluan pendidikan adik-adiknya.
Bahkan Bupati Sleman, Sri Purnomo secara khusus mengapresiasi dengan memberinya bantuan tempat tinggal, supaya tidak menempati kandang sapi.
Tempat tinggal bantuan sang Bupati, berupa satu tahun gratis menempati Rusunawa Jongke, Sendang adi, Mlati, Sleman.
Namun bukan hanya itu, Bripda Taufik ternyata juga mendapatkan bantuan dari Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok, yang saat kala itu menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Kepada Tribunjogja.com, polisi yang sekarang bertugas di Sat Binmas Polres Sleman ini mengaku Ahok berkenan membantu untuk pengadaan transportasi.
Karena saat itu, Bripda Taufik mengaku setiap hari harus berjalan kaki sepanjang 6-8 kilometer dari rumahnya ketika hendak bertugas ke Mapolda DIY.
"Saat ditelefon stafnya pak Ahok, saya tidak berani langsung menerima. Waktu itu saya minta petunjuk atasan dulu,"ujar dia, Minggu (05/11/2017)
Saat minta petunjuk atasan, lanjut Bripda Taufik, ia tidak diizinkan menerima pemberian dari Ahok lantaran aturan dinas yang melarangnya.
"Kalau saya yang menerima, nanti itu jadi gratifikasi," jelasnya.
Mendapati aturan tersebut, akhirnya bantuan dari Ahok diserahkan atas nama bapaknya.
Bantuan tersebut akhirnya ditransfer dalam bentuk uang ke rekening bapaknya yang diperuntukkan untuk membeli sepeda motor.
"Pak Ahok membantu Rp20 juta, oleh bapak dibelikan sepeda motor Honda Beat untuk sekolah adik saya," kata dia.
Saat ini ia bertekad kuat untuk menjadi anggota polisi yang jujur, sederhana dan mengemban segala tugas tanpa cacat.
Ia ingin menjadi contoh kepada masyarakat terutama kepada adik-adiknya, bahwa ketika memiliki cita-cita dan mimpi, maka harus selalu diperjuangkan.
Bripda Taufik sadar sepenuhnya bahwa mimpi dan harapan adalah milik semua manusia yang mau berjuang, bukan hanya milik orang kaya semata.
Makanya, ia selalu sempatkan untuk memotivasi kepada adik-adiknya supaya bangkit, dan berjuang meraih cita-cita.
"Kalau kakaknya bisa, kenapa adik tidak bisa," pesan dia, kepada adiknya. (*)