Berkendara sudah menjadi kegemarannya.
Namun selama ini, hobby tersebut hanya bisa tersalurkan saat mengantar jemput anak-anaknya saja.
Karena itu, ia tidak perlu berfikir panjang, saat salah satu kerabat yang bekerja di Pemprov DKI menawari pekerjaan itu.
"Saya sudah bisa mengemudikan mobil sejak SMA. Jadi, ya memang enjoy jadi driver, kerjanya cuma muter-muter, seperti hobby yang dibayar," katanya.
Baca: Lima Perwira TNI yang Terlibat Pembebasan Warga Sipil Tolak Kenaikan Pangkat
"Tapi, 10 tahun rasanya cukup. Keluarga pilih pindah ke Yogyakarta, kebetulan saya juga dapat tawaran dari Trans Jogja. Alhamdulillah, saya langsung dipercaya. Yang penting bisa dekat dengan keluarga, itu tidak bisa diukur dengan materi," imbuhnya.
Sampai sejauh ini, Dewi pun belum memiliki pandangan kapan akan menyudahi perjalanan karirnya sebagai driver.
Selama masih diberi kepercayaan dan kesehatan, pedal gas bakal terus diinjaknya.
Terlebih menjadi pengemudi Trans Jogja memberinya banyak pengalaman baru.
"Saya enjoy sekali di sini (Trans Jogja), have fun. Penumpang begitu akrab, baik-baik banget. Ada ibu-ibu sepuh yang sudah jadi langganan, setiap naik dari Pasar Beringharjo, selalu bawain makanan, entah itu salak, gado-gado. Baik banget," kisahnya.
Akan tetapi, tidak seperti Trans Jakarta, sampai sekarang, Trans Jogja masih berada dalam satu jalur dengan kendaraan lainnya.
Hal tersebut, kata Dewi, mengharuskan para driver memiliki kesabaran ekstra, terlebih jika dalam kondisi macet.
"Ya, kadang ada pengendara mobil pribadi yang bersikeras mendahului, sampai klakson-klakson.
Begitu saya kasih kode buat mendahului dan tahu kalau drivernya perempuan, dia kemudian ngalah," terangnya.
Benar saja, selama kami mengukuti perjalanan dengan Trans Jogja yang dikemudikan Dewi, selama kurang lebih 1,5 jam, kesan ramah begitu terpancar.