TRIBUNNEWS.COM -- Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla mengingatkan kembali kisah sumpah setia Melayu - Bugis yang pernah diucapkan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah atau Yang Dipertuan Besar I dan Opu Daeng Marewah atau Yang Dipertuan Muda I pada masa kejayaan kerajaan Riau - Lingga - Johor - Pahang pada abad ke - 17.
Peringatan itu disampaikan Wapres JK saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Perhelatan Memuliakan Tamadun Melayu Antarbangsa (PMTMA) di Daik Lingga, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri), Minggu lalu.
"Jikalau tuan kepada Bugis, tuanlah kepada Melayu dan jikalau tuan kepada Melayu, tuanlah kepada Bugis, jikalau musuh kepada Bugis, musuhlah kepada Melayu dan jikalau musuh kepada Melayu, musuhlah kepada Bugis. Maka barangsiapa mungkir, dibinasakan Allah sampai anak cucunya," ucap JK mengutip sepenggal kalimat sumpah setia Melayu - Bugis itu.
JK mengatakan, kebudayaan Melayu merupakan kebudayaan pemersatu yang memiliki peran penting dan andil yang besar bagi bangsa, meskipun Melayu bukanlah penduduk mayoritas, namun negara dan bangsa ini memilih Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
"Itu tidak terjadi di banyak negara. Banyak negara yang bahasa persatuannya dua atau tiga karena tidak ada yang jadi pemersatu bangsa - bangsa itu. Karena itulah, bangsa melayu menjadi salah satu pemersatu," katanya.
Usai memberikan sambutan, JK juga menandatangani prasasti Sumpah Setia Melayu - Bugis yang disaksikan oleh Menteri PAN dan RB, Asman Abnur, Gubernur Kepri, Nurdin Basirun, Bupati Lingga, Alias Wello, Ketua LAM Kepri, Abdul Razak dan Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kepri, Daeng M. Yatir.